Info!! Perang Elektronik Itu Mirip “Ilmu Setan”
✈ C295 AEW [Planespotters]
Bicara perihal perang elektro (electronic warfare) itu mirip ilmu setan, tidak ada wujudnya namun bisa pribadi dirasakan dampaknya. Dengan basis teknologi elektromagnet, implementasi peperangan elektonik sanggup diwujudkan dalam banyak hal, bahkan ke sesuatu yang belum dibayangkan sebelumnya. Ketika sebuah rudal jelajah berhasil menerjang ke jantung pertahanan lawan, bukan berarti prosesnya instant, unit electronic warfare di bahari dan udara harus berjibaku untuk ‘membutakan’ kemampuan deteksi radar musuh, dan masih banyak kegiatan lain yang terkait kerja intelijen.
Perang elektronik yang diumpamakan sebagai ilmu setan dituturkan pribadi oleh Kepala Dinas Komunikasi dan Elekronika (Kadiskomlek) Tentara Nasional Indonesia AU Marsma Tentara Nasional Indonesia Wishnu Sukardjo ketika menjadi pembicara dalam seminar “Achieving Defence Superiority Through Electronic Warfare Technology” di Gedung BBPT, Jakarta (27/4/2017). Meski tugas electronic warfare tak bisa dikesampingkan, bahkan menjadi unsur mayoritas dalam setiap babak pertempuran, tapi ironis pengembangan unsur perang elekronik (pernika) belum menjadi prioritas utama di lingkup TNI. Kesan bahwa pernika ialah sesuatu yang mahal, terlebih bicara komponen (hardware) yang masih berpangku pada produk impor.
Salah satu turunan dari elemen pernika ialah pengadaan radar pertahanan udara untuk Kohanudnas. “Dari empat unit radar gres yang tempo hari dicanangkan, ketika ini gres dua unit yang berhasil direalisasi,” ujar Wishnu. Perwira tinggi bintang satu ini juga menyorot pentingnya kehadiran pesawat intai berkemampuan AEW (Active Early Warning) yang sudah lebih dulu dimiliki Thailand dan Singapura. “Kami telah mengatakan spesifikasi teknis standar yang diharapkan kepada pemangku kebijakan, tapi semuanya ya kembali ke pemilik anggaran,” tambah Wishnu yang menganalogikan pernika di Indonesia mirip “Daun Salam” dalam masakan, hanya dicemplungkan sebentar, sesudah itu dibuang.
Guna menyiasati tingginya biaya implementasi pernika, Tentara Nasional Indonesia beberapa tahun belakangan telah berhubungan dengan BUMN Strategis untuk mewujudkan kemandirian pada electronic warfare. Satu pola berhasil ditunjukkan PT Len yang berhasil meluncurkan tools IFF (Identification Friend or Foe) untuk kebutuhan pesawat udara Tentara Nasional Indonesia AU dan kapal perang Tentara Nasional Indonesia AL. Dalam tataran kawan perusahaan swasta, PT Hariff Daya Tunggal Engineering bersama Litbang Tentara Nasional Indonesia AD juga berhasil menghadikan model Battlefield Management System yang dipakai satuan kavaleri dan infanteri.
Karena pembiasaan dan kemajuan teknologi pernika berasal dari luar negeri, maka guna mewujudkan kemandiran pernika mutlak membutuhkan ToT (Transfer of Technology). Diantara kawan pemasok alutsista TNI, Saab dari Swedia lewat diskusi memperlihatkan solusi jangka panjang untuk membangun electronic warfare yang terpadu, berkesinambungan dan pemberian penuh pada industri lokal. Geoff Van Hees, Director Marketing & Sales Saab Asia Pacific yang ikut berbicara dalam seminar menyebut bahwa sebelum bicara detail perihal solusi pernika yang akan ditawarkan, lebih sempurna jikalau negara telah merumuskan arah dan kebijakan strategis mengenai electronic warfare yang akan dibangun. (Haryo Adjie)
Bicara perihal perang elektro (electronic warfare) itu mirip ilmu setan, tidak ada wujudnya namun bisa pribadi dirasakan dampaknya. Dengan basis teknologi elektromagnet, implementasi peperangan elektonik sanggup diwujudkan dalam banyak hal, bahkan ke sesuatu yang belum dibayangkan sebelumnya. Ketika sebuah rudal jelajah berhasil menerjang ke jantung pertahanan lawan, bukan berarti prosesnya instant, unit electronic warfare di bahari dan udara harus berjibaku untuk ‘membutakan’ kemampuan deteksi radar musuh, dan masih banyak kegiatan lain yang terkait kerja intelijen.
Perang elektronik yang diumpamakan sebagai ilmu setan dituturkan pribadi oleh Kepala Dinas Komunikasi dan Elekronika (Kadiskomlek) Tentara Nasional Indonesia AU Marsma Tentara Nasional Indonesia Wishnu Sukardjo ketika menjadi pembicara dalam seminar “Achieving Defence Superiority Through Electronic Warfare Technology” di Gedung BBPT, Jakarta (27/4/2017). Meski tugas electronic warfare tak bisa dikesampingkan, bahkan menjadi unsur mayoritas dalam setiap babak pertempuran, tapi ironis pengembangan unsur perang elekronik (pernika) belum menjadi prioritas utama di lingkup TNI. Kesan bahwa pernika ialah sesuatu yang mahal, terlebih bicara komponen (hardware) yang masih berpangku pada produk impor.
Salah satu turunan dari elemen pernika ialah pengadaan radar pertahanan udara untuk Kohanudnas. “Dari empat unit radar gres yang tempo hari dicanangkan, ketika ini gres dua unit yang berhasil direalisasi,” ujar Wishnu. Perwira tinggi bintang satu ini juga menyorot pentingnya kehadiran pesawat intai berkemampuan AEW (Active Early Warning) yang sudah lebih dulu dimiliki Thailand dan Singapura. “Kami telah mengatakan spesifikasi teknis standar yang diharapkan kepada pemangku kebijakan, tapi semuanya ya kembali ke pemilik anggaran,” tambah Wishnu yang menganalogikan pernika di Indonesia mirip “Daun Salam” dalam masakan, hanya dicemplungkan sebentar, sesudah itu dibuang.
Guna menyiasati tingginya biaya implementasi pernika, Tentara Nasional Indonesia beberapa tahun belakangan telah berhubungan dengan BUMN Strategis untuk mewujudkan kemandirian pada electronic warfare. Satu pola berhasil ditunjukkan PT Len yang berhasil meluncurkan tools IFF (Identification Friend or Foe) untuk kebutuhan pesawat udara Tentara Nasional Indonesia AU dan kapal perang Tentara Nasional Indonesia AL. Dalam tataran kawan perusahaan swasta, PT Hariff Daya Tunggal Engineering bersama Litbang Tentara Nasional Indonesia AD juga berhasil menghadikan model Battlefield Management System yang dipakai satuan kavaleri dan infanteri.
Karena pembiasaan dan kemajuan teknologi pernika berasal dari luar negeri, maka guna mewujudkan kemandiran pernika mutlak membutuhkan ToT (Transfer of Technology). Diantara kawan pemasok alutsista TNI, Saab dari Swedia lewat diskusi memperlihatkan solusi jangka panjang untuk membangun electronic warfare yang terpadu, berkesinambungan dan pemberian penuh pada industri lokal. Geoff Van Hees, Director Marketing & Sales Saab Asia Pacific yang ikut berbicara dalam seminar menyebut bahwa sebelum bicara detail perihal solusi pernika yang akan ditawarkan, lebih sempurna jikalau negara telah merumuskan arah dan kebijakan strategis mengenai electronic warfare yang akan dibangun. (Haryo Adjie)
0 Response to "Info!! Perang Elektronik Itu Mirip “Ilmu Setan”"
Post a Comment