Info!! ☆ Karel Satsuitubun
Pengawal Wakil Perdana Menteri yang Tewas oleh PKIAjun Inspektur Dua Polisi Karel Satsuitubun.(Ist) ★
Karel Satsuitubun lahir di Tual, Maluku Tenggara pada tanggal 14 Oktober 1928. Ketika telah cukup umur ia tetapkan untuk masuk menjadi anggota Polri.
Ia pun diterima, kemudian mengikuti Pendidikan Polisi, sehabis lulus, ia ditempatkan di Kesatuan Brimob Ambon dengan Pangkat Agen Polisi Kelas Dua atau kini Bhayangkara Dua Polisi.
Ia pun ditarik ke Jakarta dan mempunyai pangkat Agen Polisi Kelas Satu atau kini Bhayangkara Satu Polisi. Ketika Bung Karno mengumandangkan Trikora yang isinya menuntut pengembalian Irian Barat kepada Indonesia dari tangan Belanda.
Seketika pula dilakukan Operasi Militer, ia pun ikut serta dalam usaha itu. Setelah Irian barat berhasil dikembalikan, ia diberi kiprah untuk mengawal kediaman Wakil Perdana Menteri, Dr J Leimena di Jakarta. Berangsur-angsur pangkatnya naik menjadi Brigadir Polisi.
Karena mengganggap para pimpinan Angkatan Darat sebagai penghalang utama cita-citanya. Maka PKI merencanakan untuk melaksanakan penculikan dan pembunuhan terhadap sejumlah Perwira Angkatan Darat yang dianggap menghalangi cita-citanya.
Salah satu sasarannya yaitu Jenderal A.H. Nasution yang bertetangga dengan rumah Dr J Leimena. Gerakan itu pun dimulai, dikala itu ia kebagian kiprah jaga pagi. Maka, ia menyempatkan diri untuk tidur.
Para penculik pun datang, pertama-tama mereka menyekap para pengawal rumah Dr. J. Leimena. Karena mendengar bunyi gaduh maka Karel Satsuit Tubun pun terbangun dengan membawa senjata ia mencoba menembak para gerombolan PKI tersebut.
Malang, gerombolan itu pun juga menembaknya. Karena tidak seimbang Karel Satsuit Tubun pun tewas seketika sehabis peluru penculik menembus tubuhnya.
Atas segala jasa-jasanya selama ini, serta turut menjadi korban Gerakan 30 September maka pemerintah memasukannya sebagai salah satu Pahlawan Revolusi Indonesia, bersama dengan Jenderal Ahmad Yani, Letjen R. Suprapto, Letjen M.T. Haryono, Letjen S. Parman, Mayjen Sutoyo, Mayjen D.I. Pandjaitan, Brigjen Katamso, Kolonel Sugiono dan Kapten CZI Pierre Tendean.
Selain itu pula pangkatnya dinaikkan menjadi Ajun Inspektur Dua Polisi. Namanya juga kini diabadikan menjadi nama sebuah Kapal Perang Republik Indonesia dari fregat kelas Ahmad Yani dengan nama KRI Karel Satsuitubun.
Pemerintah Indonesia memberi penghormatan atas jasa dan usaha Karel dengan menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional dan mengabadikan namanya pada Bandar Udara Karel Satsuitubun di Pelabuhan Ratu dan di Ibra, Maluku Tenggara. Pemerintah juga mengabadikan namanya pada kapal perang KRI Karel Satsuitubun. (nag)
Karel Satsuitubun lahir di Tual, Maluku Tenggara pada tanggal 14 Oktober 1928. Ketika telah cukup umur ia tetapkan untuk masuk menjadi anggota Polri.
Ia pun diterima, kemudian mengikuti Pendidikan Polisi, sehabis lulus, ia ditempatkan di Kesatuan Brimob Ambon dengan Pangkat Agen Polisi Kelas Dua atau kini Bhayangkara Dua Polisi.
Ia pun ditarik ke Jakarta dan mempunyai pangkat Agen Polisi Kelas Satu atau kini Bhayangkara Satu Polisi. Ketika Bung Karno mengumandangkan Trikora yang isinya menuntut pengembalian Irian Barat kepada Indonesia dari tangan Belanda.
Seketika pula dilakukan Operasi Militer, ia pun ikut serta dalam usaha itu. Setelah Irian barat berhasil dikembalikan, ia diberi kiprah untuk mengawal kediaman Wakil Perdana Menteri, Dr J Leimena di Jakarta. Berangsur-angsur pangkatnya naik menjadi Brigadir Polisi.
Karena mengganggap para pimpinan Angkatan Darat sebagai penghalang utama cita-citanya. Maka PKI merencanakan untuk melaksanakan penculikan dan pembunuhan terhadap sejumlah Perwira Angkatan Darat yang dianggap menghalangi cita-citanya.
Salah satu sasarannya yaitu Jenderal A.H. Nasution yang bertetangga dengan rumah Dr J Leimena. Gerakan itu pun dimulai, dikala itu ia kebagian kiprah jaga pagi. Maka, ia menyempatkan diri untuk tidur.
Para penculik pun datang, pertama-tama mereka menyekap para pengawal rumah Dr. J. Leimena. Karena mendengar bunyi gaduh maka Karel Satsuit Tubun pun terbangun dengan membawa senjata ia mencoba menembak para gerombolan PKI tersebut.
Malang, gerombolan itu pun juga menembaknya. Karena tidak seimbang Karel Satsuit Tubun pun tewas seketika sehabis peluru penculik menembus tubuhnya.
Atas segala jasa-jasanya selama ini, serta turut menjadi korban Gerakan 30 September maka pemerintah memasukannya sebagai salah satu Pahlawan Revolusi Indonesia, bersama dengan Jenderal Ahmad Yani, Letjen R. Suprapto, Letjen M.T. Haryono, Letjen S. Parman, Mayjen Sutoyo, Mayjen D.I. Pandjaitan, Brigjen Katamso, Kolonel Sugiono dan Kapten CZI Pierre Tendean.
Selain itu pula pangkatnya dinaikkan menjadi Ajun Inspektur Dua Polisi. Namanya juga kini diabadikan menjadi nama sebuah Kapal Perang Republik Indonesia dari fregat kelas Ahmad Yani dengan nama KRI Karel Satsuitubun.
Pemerintah Indonesia memberi penghormatan atas jasa dan usaha Karel dengan menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional dan mengabadikan namanya pada Bandar Udara Karel Satsuitubun di Pelabuhan Ratu dan di Ibra, Maluku Tenggara. Pemerintah juga mengabadikan namanya pada kapal perang KRI Karel Satsuitubun. (nag)
0 Response to "Info!! ☆ Karel Satsuitubun"
Post a Comment