Info!! Mengapa Angkatan Bahari Indonesia Perlu Kapal Selam Konvensional Jarak Jauh ?
Sejak Perang Dunia pertama, kapal selam dikenal sebagai pemburu kapal permukaan musuh yang senyap dan mematikan. Hal ini disebabkan lantaran kapal selam mempunyai beberapa keunggulan yang bisa memperlihatkan imbas penggentar (deterrence effect) untuk musuh-musuhnya.
Teknologi dan taktik peperangan, mencakup stealth, covert, asimetris, dan laba susukan di laut, sering memperlihatkan kemenangan untuk kapal selam dalam pertempuran, memperlihatkan imbas besar kepada musuh dan menciptakan mereka lebih superior daripada kapal perang lainnya di mandala perang. Indonesia, sebagai salah satu negara yang mengoperasikan kapal selam dalam angkatan lautnya, juga harus memanfaatkan kelebihan yang dimiliki kapal selam.
Indonesia mempunyai kiprah berat dalam memilih berapa besar kekuatan kapal selam dan bagaimana teladan operasi untuk kapal selam itu sendiri. Mencermati letak geografis dan perkembangan lingkungan strategis regional, Indonesia memerlukan kapal selam konvensional yang berukuran besar semoga sanggup beroperasi jauh dari pangkalan.
Satuan kapal selam nantinya juga harus sanggup memperlihatkan bantuan yang signifikan terhadap negara Indonesia sebagai leadership role di daerah regional dan ikut serta dalam permasalahan global. Hal ini konsisten dengan paradigma Tentara Nasional Indonesia AL yaitu Menjadi Angkatan Laut Berkelas Dunia (World Class Navy).
Selain itu, satuan kapal selam harus bisa menangkal potensi bahaya baik dari dalam maupun dari luar dan bisa beroperasi di seluruh perairan Indonesia yang berpotensi terjadi konflik kepentingan dan kedaulatan.
Teknologi kapal selam merupakan teknologi yang sangat sensitif dan bersifat langsung nasional. Sebagian besar negara produsen kapal selam tidak mau mengembangkan teknologi yang mereka punyai, walaupun dengan negara sobat maupun sekutunya sekalipun. Dalam situasi ini, Indonesia mempunyai pilihan yang sulit.
Politik Luar Negeri bebas aktif dan pilihan non blok menjadi pertimbangan dalam mengembangkan kekuatan angkatan laut, khususnya kapal selam. Perusahaan galangan kapal domestik, ibarat PT PAL, perlu mendapat dukungan dan dukungan teknologi kapal selam dari negara lain dalam mendesain, membangun, mengembangkan dan mempertahankan kemampuan kapal selam. Namun, tentunya campur tangan dan kemauan pemerintah dalam mengembangkan industri pertahanan dalam negeri sangat diharapkan, sehingga terdapat proses transfer of Technology (ToT).
Mengapa Indonesia Harus Memilih Kapal Selam? KRI Nagapasa 403 [Hiu Kencana]
Taktik paling ideal kapal selam yaitu stealth atau rahasia, beroperasi secara tertutup (covert) hingga sanggup mendekati musuh, kemudian mengamati, melaporkan atau melakukan agresi manuver sesuai misi yang diemban. Dengan posisi yang sempurna dan covert, kapal selam bisa untuk menyerang musuh dengan cepat tanpa terdeteksi. Kapal selam juga bisa beroperasi sendiri sebagai tanda dukungan dari satuan atau unsur lain.
Dengan kemampuan inilah, kapal selam memperlihatkan aneka macam pilihan terhadap pemerintah Indonesia, khususnya untuk Tentara Nasional Indonesia AL dalam merencanakan pilihan atau respons dalam bentuk aneka macam operasi militer. Tentara Nasional Indonesia AL sanggup mengirimkan kekuatan kapal selam untuk mengobservasi suatu acara di daerah konflik, dengan tetap mempunyai laba deteksi dan inisiatif tanpa terdeteksi.
Selain itu, stealth dan operasi covert kapal selam memperlihatkan suatu kemampuan asimetris terhadap negara pengguna kapal selam. Besarnya imbas dari kemampuan asimetris ini tergantung pada ukuran dan jumlah kapal selam dalam satu satuan.
Kapal selam diharapkan bisa beroperasi di seluruh perairan yang menjadi perhatian khusus dan area rawan, sehingga musuh akan berpikir lebih dalam untuk meramu taktik anti kapal selam (AKS). Musuh juga memerlukan anggaran yang lebih besar dalam mengembangkan kemampuan untuk menangkal operasi kapal selam, baik teknologi AKS, kapal permukaan dan unsur AKS lainnya. Inilah yang menimbulkan mengapa kapal selam mempunyai kemampuan asimetris.
Kemampuan asimetris ini yang sanggup dimanfaatkan pemerintah Indonesia untuk menghipnotis suatu kejadian dengan menghadirkan kapal selam di daerah regional. Karena kapal selam bisa beroperasi sendiri dengan memanfaatkan laba susukan di seluruh perairan Indonesia dimana unsur Tentara Nasional Indonesia yang lain tidak bisa melaksanakannya. Keuntungan susukan kapal selam ini sanggup dipakai dalam melakukan pengamatan dan penyerangan terhadap musuh di mandala perang atau di wilayah musuh sendiri.
Mencermati perkembangan lingkungan geografi dan strategis, negara-negara di daerah Indo-Pasifik mempunyai pandangan yang sama wacana pentingnya maritim dan untuk itu mereka saling meningkatkan kekuatan maritim masing-masing. Pengadaan kapal selam pun meningkat dimana negara-negara tersebut menilai wacana pentingnya karakteristik kapal selam.
Ancaman kapal selam di daerah pun meningkat dan memperlihatkan tantangan sulit untuk Tentara Nasional Indonesia AL di masa mendatang. Walaupun negara tetangga ibarat Singapura dan Malaysia bersifat netral, namun Indonesia wajib untuk tetap meningkatkan pengamatan secara strategis, kemampuan deteksi dan tingkat kewaspadaan.
Memang anggaran dan kekuatan militer kita terbatas, namun Indonesia mempunyai peranan penting dalam mempertahankan kestabilan regional dan global melalui taktik pengamanan kawasan. Sehingga untuk memilih suatu strategi, bisa dalam diplomatik, ekonomi atau militer, Indonesia harus lebih berpikir asimetris yaitu sedikit unsur dengan imbas penggentar yang besar, artinya kebutuhan akan kapal selam yaitu sangat perlu.
Mengapa Harus Kapal Selam Jarak Jauh? Type 214 HDW [indiandefensenews]
Luas dan posisi strategis Indonesia memperlihatkan pilihan taktik defence in depth. Strategi ini yaitu bagaimana menghancurkan kekuatan musuh sebelum memasuki teritorial Indonesia, ketika mendekati pangkalan musuh dan ketika transit. Indonesia perlu untuk mengembangkan kemampuan operasi militer jarak jauh sekaligus memperlihatkan kesempatan untuk mempertahankan pengendalian maritim dan keamanan di area rawan/choke points.
Karakteristik unik kapal selam akan sanggup dimanfaatkan secara optimal bila dioperasikan dalam taktik ofensif atau postur forward deployment. Di dalam konteks kita, ini berarti kapal selam Indonesia harus bisa dioperasikan secara tertutup di luar area teritorial atau pada titik-titik rawan.
Taktik kapal selam ini akan meningkatkan kemampuan Indonesia untuk sanggup menghipnotis situasi di wilayah yang vital dengan mempunyai imbas penggentar. Kemampuan ini hanya sanggup dilakukan oleh kehadiran kapal selam yang mempunyai laba asimetris dan laba akses. Selain itu, pengoperasian kapal selam di garis depan sanggup memperlihatkan kewaspadaan, keunggulan pengumpulan intelijen dan pengamatan dimana pemerintah Indonesia sanggup memanfaatkannya dalam taktik demi menghindari peperangan skala besar.
Sejak kapal selam dikenalkan dalam pertempuran pada awal masa ke-20, taktik kampanye perang selalu berhasil bila kapal selam dioperasikan dengan taktik ofensif dengan memakai pangkalan aju. Awal perang dunia kedua, taktik ofensif kapal selam Jerman terbukti berhasil sebelum pihak Sekutu menemukan tindakan perlawanan yang efektif.
Selain itu, kesuksesan Satuan Kapal Selam Pasifik Amerika yang berhasil menenggelamkan 2/3 armada Jepang di perang dunia kedua. Sebelumnya, di perang dunia pertama, satuan kapal selam Sekutu di Laut Marmora juga memperlihatkan keberhasilan taktik garis depan (forward deployment) ketika berhasil membatasi kemampuan pasukan Turki ketika berusaha mengusir pasukan amfibi Sekutu di Semenanjung Gallipoli.
Kemudian, pangkalan aju kapal selam dalam Perang Dunia kedua yaitu penggunaan pangkalan Fremantle dan Brisbane di Australia oleh satuan kapal selam Amerika, Inggris dan Belanda. Saat ini, US Navy mengoperasikan kapal selamnya di wilayah regional kita dengan memakai Jepang, Singapura, Australia dan Guam sebagai pangkalan aju. Perlu kita catat bahwa taktik ini sangat efektif dalam hal biaya dan waktu respons. Strategi ini lebih efektif daripada mereka menggerakkan kapal selam dari negara atau pangkalan mereka sendiri.
Namun di sisi lain, Indonesia tidak mempunyai pangkalan aju kapal selam di daerah depan (forward territory), sehingga operasi kapal selam kita sangat bergantung pada kapal tender, dimana berpotensi menjadi target musuh. Tetapi memakai kapal selam jarak pendek dengan memakai kapal tender yaitu taktik yang berisiko tinggi.
Kapal tender mempunyai sifat kerentanan yang tinggi dan juga memerlukan proteksi ketika transit atau berada di mandala perang, terutama ketika kapal selam melakukan bekal ulang atau hanya sekedar sandar. Sehingga, Indonesia perlu mempertimbangkan pengadaan dan penggunaan kapal selam konvensional jarak jauh, sehingga bisa dipakai dalam postur ofensif atau di garis depan, dioperasikan di choke points, menghadang musuh ketika transit maupun menghancurkan musuh di daerahnya sendiri.
Mampukah Hanya dengan 12 Kapal Selam? Modul kapal selam DSME 1400 di galangan PT PAL [Portal Komando]
Pengalaman pengoperasian kapal selam kelas Cakra selama dua dekade terakhir memperlihatkan bahwa hanya dengan dua kapal selam, yaitu sangat jauh dari jumlah ideal yang diharapkan dalam mempertahankan kehadiran kapal selam di daerah hingga tidak mempunyai imbas penggentar. Di dalam MEF disebutkan bahwa minimal 12 kapal selam diharapkan untuk mempertahankan postur operasi kapal selam yang efektif.
Apabila bisa mengoptimalkan kelebihannya, Indonesia akan sanggup memaksimalkan imbas penggentar secara strategis yang sanggup menghipnotis pilihan taktik musuh. Indonesia memerlukan kapal selam yang bisa beroperasi dan hadir secara terus menerus di area yang jauh.
Pola operasi dua belas kapal selam harus efektif dan terus menerus sehingga bisa menjawab kehadiran pada wilayah rawan dan misi yang berbeda. Rotasi dengan tiap empat kapal selam melaut, empat kapal selam dalam status siaga dan empat dalam perawatan akan sanggup mengeksploitasi kemampuan kapal selam secara optimal dan lebih penting lagi sanggup mengeksploitasi wilayah bawah maritim di daerah regional.
Indonesia yaitu negara yang tidak mempunyai sekutu dengan kebijakan politik bebas aktif dan non-blok. Sehingga, taktik pertahanan kita kini yaitu berdiri sendiri dalam konteks ASEAN dan kolaborasi regional.
Indonesia lebih berharap pada kemampuan sendiri sebagai pencegahan dan mengatasi serangan musuh tanpa bergantung pada dukungan negara lain. Indonesia tidak berharap dukungan militer secara langsung bila mendapat bahaya sekalipun dari kekuatan militer yang jauh lebih besar.
Oleh lantaran itu, Indonesia harus selalu siap dalam segala bahaya peperangan ketika diperlukan. Sehingga, kekuatan dengan 12 kapal selam akan menimbulkan Indonesia superior di daerah dan bisa menjawab segala ancaman. Kekuatan kapal selam yang besar lengan berkuasa juga akan berkontribusi penting dan sangat signifikan kepada keamanan maritim regional, menimbulkan Indonesia mempunyai kiprah pemimpin di antara negara-negara daerah regional.
**
KRI Nagapasa 403 di perairan Korea Selatan. [maritim news]
Sebagai penutup, kapal selam mempunyai kelebihan dan karakteristik yang unik dimana menciptakan mereka menjadi penggentar yang seram kepada lawan-lawannya, yaitu stealth, covert, asimetri dan mempunyai laba akses. Ketika Indonesia bergantung pada jalur perdagangan lewat maritim termasuk memperlihatkan garansi atas keamanan SLOC, kapal selam konvensional jarak jauh yaitu jawabannya. Memiliki kapal selam konvensional jarak jauh ini akan bisa menjaga wilayah rawan dan choke points dengan memanfaatkan kelebihan kapal selam.
Sebuah satuan kapal selam konvensional jarak jauh akan memperlihatkan bantuan yang signifikan terhadap kepentingan global dan memperlihatkan Indonesia kiprah pemimpin di wilayah regional, mendukung konsep Tentara Nasional Indonesia AL ketika ini, menjadi Angkatan Laut yang Berkelas Dunia. Kebutuhan ini bisa dijawab dan diatasi dengan mempunyai kekuatan 12 kapal selam konvensional jarak jauh. Satuan kapal selam ini merupakan aset strategis yang sangat penting untuk mendukung kepentingan Indonesia di regional dan global.
Sebagai negara yang tidak bersekutu, industri domestik kapal selam perlu dikembangkan dalam mendesain, membangun, mempertahankan, meningkatkan dan memelihara kemampuan kapal selam dalam usia pakainya. Pengembangan industri kapal selam domestik sangat konsisten dengan taktik pertahanan Indonesia ketika ini, yaitu kemandirian dalam alutsista. Program berkelanjutan juga harus seimbang antara sumber daya yang tersedia dan sanggup dipertahankan sesuai usia pakai.
Tujuannya yaitu mempunyai kekuatan kapal selam dengan jumlah dan kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan strategis Indonesia, didukung oleh industri domestik dengan keterampilan dan kapasitas, untuk sanggup meningkatkan dan mengembangkan kemampuan kapal selam, dalam rangka menuju “World Class Navy” dan menjadi yang terdepan di dalam peperangan bawah air di daerah regional.
Oleh : Letkol Laut (P) Dickry Rizanny N., MMDS
Penulis yaitu lulusan AAL tahun 1998, ketika ini berdinas di Srena Koarmatim.
Teknologi dan taktik peperangan, mencakup stealth, covert, asimetris, dan laba susukan di laut, sering memperlihatkan kemenangan untuk kapal selam dalam pertempuran, memperlihatkan imbas besar kepada musuh dan menciptakan mereka lebih superior daripada kapal perang lainnya di mandala perang. Indonesia, sebagai salah satu negara yang mengoperasikan kapal selam dalam angkatan lautnya, juga harus memanfaatkan kelebihan yang dimiliki kapal selam.
Indonesia mempunyai kiprah berat dalam memilih berapa besar kekuatan kapal selam dan bagaimana teladan operasi untuk kapal selam itu sendiri. Mencermati letak geografis dan perkembangan lingkungan strategis regional, Indonesia memerlukan kapal selam konvensional yang berukuran besar semoga sanggup beroperasi jauh dari pangkalan.
Satuan kapal selam nantinya juga harus sanggup memperlihatkan bantuan yang signifikan terhadap negara Indonesia sebagai leadership role di daerah regional dan ikut serta dalam permasalahan global. Hal ini konsisten dengan paradigma Tentara Nasional Indonesia AL yaitu Menjadi Angkatan Laut Berkelas Dunia (World Class Navy).
Selain itu, satuan kapal selam harus bisa menangkal potensi bahaya baik dari dalam maupun dari luar dan bisa beroperasi di seluruh perairan Indonesia yang berpotensi terjadi konflik kepentingan dan kedaulatan.
Teknologi kapal selam merupakan teknologi yang sangat sensitif dan bersifat langsung nasional. Sebagian besar negara produsen kapal selam tidak mau mengembangkan teknologi yang mereka punyai, walaupun dengan negara sobat maupun sekutunya sekalipun. Dalam situasi ini, Indonesia mempunyai pilihan yang sulit.
Politik Luar Negeri bebas aktif dan pilihan non blok menjadi pertimbangan dalam mengembangkan kekuatan angkatan laut, khususnya kapal selam. Perusahaan galangan kapal domestik, ibarat PT PAL, perlu mendapat dukungan dan dukungan teknologi kapal selam dari negara lain dalam mendesain, membangun, mengembangkan dan mempertahankan kemampuan kapal selam. Namun, tentunya campur tangan dan kemauan pemerintah dalam mengembangkan industri pertahanan dalam negeri sangat diharapkan, sehingga terdapat proses transfer of Technology (ToT).
Mengapa Indonesia Harus Memilih Kapal Selam? KRI Nagapasa 403 [Hiu Kencana]
Taktik paling ideal kapal selam yaitu stealth atau rahasia, beroperasi secara tertutup (covert) hingga sanggup mendekati musuh, kemudian mengamati, melaporkan atau melakukan agresi manuver sesuai misi yang diemban. Dengan posisi yang sempurna dan covert, kapal selam bisa untuk menyerang musuh dengan cepat tanpa terdeteksi. Kapal selam juga bisa beroperasi sendiri sebagai tanda dukungan dari satuan atau unsur lain.
Dengan kemampuan inilah, kapal selam memperlihatkan aneka macam pilihan terhadap pemerintah Indonesia, khususnya untuk Tentara Nasional Indonesia AL dalam merencanakan pilihan atau respons dalam bentuk aneka macam operasi militer. Tentara Nasional Indonesia AL sanggup mengirimkan kekuatan kapal selam untuk mengobservasi suatu acara di daerah konflik, dengan tetap mempunyai laba deteksi dan inisiatif tanpa terdeteksi.
Selain itu, stealth dan operasi covert kapal selam memperlihatkan suatu kemampuan asimetris terhadap negara pengguna kapal selam. Besarnya imbas dari kemampuan asimetris ini tergantung pada ukuran dan jumlah kapal selam dalam satu satuan.
Kapal selam diharapkan bisa beroperasi di seluruh perairan yang menjadi perhatian khusus dan area rawan, sehingga musuh akan berpikir lebih dalam untuk meramu taktik anti kapal selam (AKS). Musuh juga memerlukan anggaran yang lebih besar dalam mengembangkan kemampuan untuk menangkal operasi kapal selam, baik teknologi AKS, kapal permukaan dan unsur AKS lainnya. Inilah yang menimbulkan mengapa kapal selam mempunyai kemampuan asimetris.
Kemampuan asimetris ini yang sanggup dimanfaatkan pemerintah Indonesia untuk menghipnotis suatu kejadian dengan menghadirkan kapal selam di daerah regional. Karena kapal selam bisa beroperasi sendiri dengan memanfaatkan laba susukan di seluruh perairan Indonesia dimana unsur Tentara Nasional Indonesia yang lain tidak bisa melaksanakannya. Keuntungan susukan kapal selam ini sanggup dipakai dalam melakukan pengamatan dan penyerangan terhadap musuh di mandala perang atau di wilayah musuh sendiri.
Mencermati perkembangan lingkungan geografi dan strategis, negara-negara di daerah Indo-Pasifik mempunyai pandangan yang sama wacana pentingnya maritim dan untuk itu mereka saling meningkatkan kekuatan maritim masing-masing. Pengadaan kapal selam pun meningkat dimana negara-negara tersebut menilai wacana pentingnya karakteristik kapal selam.
Ancaman kapal selam di daerah pun meningkat dan memperlihatkan tantangan sulit untuk Tentara Nasional Indonesia AL di masa mendatang. Walaupun negara tetangga ibarat Singapura dan Malaysia bersifat netral, namun Indonesia wajib untuk tetap meningkatkan pengamatan secara strategis, kemampuan deteksi dan tingkat kewaspadaan.
Memang anggaran dan kekuatan militer kita terbatas, namun Indonesia mempunyai peranan penting dalam mempertahankan kestabilan regional dan global melalui taktik pengamanan kawasan. Sehingga untuk memilih suatu strategi, bisa dalam diplomatik, ekonomi atau militer, Indonesia harus lebih berpikir asimetris yaitu sedikit unsur dengan imbas penggentar yang besar, artinya kebutuhan akan kapal selam yaitu sangat perlu.
Mengapa Harus Kapal Selam Jarak Jauh? Type 214 HDW [indiandefensenews]
Luas dan posisi strategis Indonesia memperlihatkan pilihan taktik defence in depth. Strategi ini yaitu bagaimana menghancurkan kekuatan musuh sebelum memasuki teritorial Indonesia, ketika mendekati pangkalan musuh dan ketika transit. Indonesia perlu untuk mengembangkan kemampuan operasi militer jarak jauh sekaligus memperlihatkan kesempatan untuk mempertahankan pengendalian maritim dan keamanan di area rawan/choke points.
Karakteristik unik kapal selam akan sanggup dimanfaatkan secara optimal bila dioperasikan dalam taktik ofensif atau postur forward deployment. Di dalam konteks kita, ini berarti kapal selam Indonesia harus bisa dioperasikan secara tertutup di luar area teritorial atau pada titik-titik rawan.
Taktik kapal selam ini akan meningkatkan kemampuan Indonesia untuk sanggup menghipnotis situasi di wilayah yang vital dengan mempunyai imbas penggentar. Kemampuan ini hanya sanggup dilakukan oleh kehadiran kapal selam yang mempunyai laba asimetris dan laba akses. Selain itu, pengoperasian kapal selam di garis depan sanggup memperlihatkan kewaspadaan, keunggulan pengumpulan intelijen dan pengamatan dimana pemerintah Indonesia sanggup memanfaatkannya dalam taktik demi menghindari peperangan skala besar.
Sejak kapal selam dikenalkan dalam pertempuran pada awal masa ke-20, taktik kampanye perang selalu berhasil bila kapal selam dioperasikan dengan taktik ofensif dengan memakai pangkalan aju. Awal perang dunia kedua, taktik ofensif kapal selam Jerman terbukti berhasil sebelum pihak Sekutu menemukan tindakan perlawanan yang efektif.
Selain itu, kesuksesan Satuan Kapal Selam Pasifik Amerika yang berhasil menenggelamkan 2/3 armada Jepang di perang dunia kedua. Sebelumnya, di perang dunia pertama, satuan kapal selam Sekutu di Laut Marmora juga memperlihatkan keberhasilan taktik garis depan (forward deployment) ketika berhasil membatasi kemampuan pasukan Turki ketika berusaha mengusir pasukan amfibi Sekutu di Semenanjung Gallipoli.
Kemudian, pangkalan aju kapal selam dalam Perang Dunia kedua yaitu penggunaan pangkalan Fremantle dan Brisbane di Australia oleh satuan kapal selam Amerika, Inggris dan Belanda. Saat ini, US Navy mengoperasikan kapal selamnya di wilayah regional kita dengan memakai Jepang, Singapura, Australia dan Guam sebagai pangkalan aju. Perlu kita catat bahwa taktik ini sangat efektif dalam hal biaya dan waktu respons. Strategi ini lebih efektif daripada mereka menggerakkan kapal selam dari negara atau pangkalan mereka sendiri.
Namun di sisi lain, Indonesia tidak mempunyai pangkalan aju kapal selam di daerah depan (forward territory), sehingga operasi kapal selam kita sangat bergantung pada kapal tender, dimana berpotensi menjadi target musuh. Tetapi memakai kapal selam jarak pendek dengan memakai kapal tender yaitu taktik yang berisiko tinggi.
Kapal tender mempunyai sifat kerentanan yang tinggi dan juga memerlukan proteksi ketika transit atau berada di mandala perang, terutama ketika kapal selam melakukan bekal ulang atau hanya sekedar sandar. Sehingga, Indonesia perlu mempertimbangkan pengadaan dan penggunaan kapal selam konvensional jarak jauh, sehingga bisa dipakai dalam postur ofensif atau di garis depan, dioperasikan di choke points, menghadang musuh ketika transit maupun menghancurkan musuh di daerahnya sendiri.
Mampukah Hanya dengan 12 Kapal Selam? Modul kapal selam DSME 1400 di galangan PT PAL [Portal Komando]
Pengalaman pengoperasian kapal selam kelas Cakra selama dua dekade terakhir memperlihatkan bahwa hanya dengan dua kapal selam, yaitu sangat jauh dari jumlah ideal yang diharapkan dalam mempertahankan kehadiran kapal selam di daerah hingga tidak mempunyai imbas penggentar. Di dalam MEF disebutkan bahwa minimal 12 kapal selam diharapkan untuk mempertahankan postur operasi kapal selam yang efektif.
Apabila bisa mengoptimalkan kelebihannya, Indonesia akan sanggup memaksimalkan imbas penggentar secara strategis yang sanggup menghipnotis pilihan taktik musuh. Indonesia memerlukan kapal selam yang bisa beroperasi dan hadir secara terus menerus di area yang jauh.
Pola operasi dua belas kapal selam harus efektif dan terus menerus sehingga bisa menjawab kehadiran pada wilayah rawan dan misi yang berbeda. Rotasi dengan tiap empat kapal selam melaut, empat kapal selam dalam status siaga dan empat dalam perawatan akan sanggup mengeksploitasi kemampuan kapal selam secara optimal dan lebih penting lagi sanggup mengeksploitasi wilayah bawah maritim di daerah regional.
Indonesia yaitu negara yang tidak mempunyai sekutu dengan kebijakan politik bebas aktif dan non-blok. Sehingga, taktik pertahanan kita kini yaitu berdiri sendiri dalam konteks ASEAN dan kolaborasi regional.
Indonesia lebih berharap pada kemampuan sendiri sebagai pencegahan dan mengatasi serangan musuh tanpa bergantung pada dukungan negara lain. Indonesia tidak berharap dukungan militer secara langsung bila mendapat bahaya sekalipun dari kekuatan militer yang jauh lebih besar.
Oleh lantaran itu, Indonesia harus selalu siap dalam segala bahaya peperangan ketika diperlukan. Sehingga, kekuatan dengan 12 kapal selam akan menimbulkan Indonesia superior di daerah dan bisa menjawab segala ancaman. Kekuatan kapal selam yang besar lengan berkuasa juga akan berkontribusi penting dan sangat signifikan kepada keamanan maritim regional, menimbulkan Indonesia mempunyai kiprah pemimpin di antara negara-negara daerah regional.
**
KRI Nagapasa 403 di perairan Korea Selatan. [maritim news]
Sebagai penutup, kapal selam mempunyai kelebihan dan karakteristik yang unik dimana menciptakan mereka menjadi penggentar yang seram kepada lawan-lawannya, yaitu stealth, covert, asimetri dan mempunyai laba akses. Ketika Indonesia bergantung pada jalur perdagangan lewat maritim termasuk memperlihatkan garansi atas keamanan SLOC, kapal selam konvensional jarak jauh yaitu jawabannya. Memiliki kapal selam konvensional jarak jauh ini akan bisa menjaga wilayah rawan dan choke points dengan memanfaatkan kelebihan kapal selam.
Sebuah satuan kapal selam konvensional jarak jauh akan memperlihatkan bantuan yang signifikan terhadap kepentingan global dan memperlihatkan Indonesia kiprah pemimpin di wilayah regional, mendukung konsep Tentara Nasional Indonesia AL ketika ini, menjadi Angkatan Laut yang Berkelas Dunia. Kebutuhan ini bisa dijawab dan diatasi dengan mempunyai kekuatan 12 kapal selam konvensional jarak jauh. Satuan kapal selam ini merupakan aset strategis yang sangat penting untuk mendukung kepentingan Indonesia di regional dan global.
Sebagai negara yang tidak bersekutu, industri domestik kapal selam perlu dikembangkan dalam mendesain, membangun, mempertahankan, meningkatkan dan memelihara kemampuan kapal selam dalam usia pakainya. Pengembangan industri kapal selam domestik sangat konsisten dengan taktik pertahanan Indonesia ketika ini, yaitu kemandirian dalam alutsista. Program berkelanjutan juga harus seimbang antara sumber daya yang tersedia dan sanggup dipertahankan sesuai usia pakai.
Tujuannya yaitu mempunyai kekuatan kapal selam dengan jumlah dan kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan strategis Indonesia, didukung oleh industri domestik dengan keterampilan dan kapasitas, untuk sanggup meningkatkan dan mengembangkan kemampuan kapal selam, dalam rangka menuju “World Class Navy” dan menjadi yang terdepan di dalam peperangan bawah air di daerah regional.
Oleh : Letkol Laut (P) Dickry Rizanny N., MMDS
Penulis yaitu lulusan AAL tahun 1998, ketika ini berdinas di Srena Koarmatim.
0 Response to "Info!! Mengapa Angkatan Bahari Indonesia Perlu Kapal Selam Konvensional Jarak Jauh ?"
Post a Comment