Info!! Menunggu Kiriman Helikopter Apache
Untuk IndonesiaUjicoba helikopter Apache Tentara Nasional Indonesia AD [Wayan Agus] ★
Untuk beberapa tahun kedepan bangsa Indonesia akan mempunyai sejumlah alutsista yang canggih.
Hal ini terungkap ketika beberapa waktu yang kemudian melalui pimpinan Tentara Nasional Indonesia AD memperlihatkan info kepada publik ihwal planning pembelian Helikopter Apache.
Indonesia sampai dikala ini masih menunggu kepastian pengiriman helikopter Apache buatan Amerika Serikat.
Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Tentara Nasional Indonesia Mulyono belum sanggup memastikan helikopter Apache buatan Amerika Serikat yang dibeli Tentara Nasional Indonesia AD tiba di Indonesia tahun ini, tetapi dirinya berharap helikopter itu sanggup ditampilkan dikala HUT Tentara Nasional Indonesia pada 5 Oktober 2017.
Semoga saja pada moment tertentu ibarat pada 5 Oktober secara fisik minimal bisa didatangkan dulu biar rakyat Indonesia yakin dan tahu itu menjadi kegiatan dari Angkatan Darat yang nantinya harus dibeli. Ungkapan KSAD tersebut terlontar ketika kegiatan di sela-sela Pembukaan Rapat Pimpinan Tentara Nasional Indonesia AD 2017 di Mabes AD, Jakarta Pusat, Senin (23/1/2017) beberapa waktu yang lalu.
Perlu kita ketahui bersama bahwa sampai kini, proses pengadaan helikopter itu masih terus dilakukan. Komunikasi dengan pabrikan dilakukan intensif biar helikopter tersebut segera tiba di Tanah Air.
Sebagaimana lazimnya kata Kasad bahwa "Kita harus tahu, pengadaan itu kini kontrak tidak bisa pribadi datang. Melalui proses panjang”. Tentara Nasional Indonesia AD telah memesan delapan unit helikopter Apache.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa kontrak pengadaannya mencapai 295,8 juta dolar AS. Pada dasarnya, kegiatan pembangunan kapabilitas alutsista di Indonesia itu dirancang dalam tiga tahap: tahap 1 MEF pada 2010-2014; tahap 2 essential forces pada 2015-2019; dan tahap 3 optimum forces pada 2020-2025.
Saat ini tahap pertama telah tamat dilakukan dengan realisasi Rp122,2 triliun, atau mencapai sasaran sebesar 74,98%. Untuk tahap kedua dan ketiga, direncanakan akan dialokasikan sekitar Rp157,5 triliun.
Namun, terkait dengan beberapa pembiasaan dengan kondisi dikala ini, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu telah menyatakan bahwa pada RPJMN telah disusun baseline sekitar Rp 293,5 triliun untuk anggaran tahap kedua.
Modernisasi persenjataan bisa bermakna dua: pengadaan senjata baru, atau bisa juga upgrade senjata yang sudah ada. Secara umum, pilihan kedua (upgrade) lebih ekonomis, mengingat anggaran negara kita untuk pengadaan senjata gres memang terbatas.
Target modernisasi bergotong-royong tidak terlalu tinggi, minimalis bahkan, yang penting Tentara Nasional Indonesia bisa dalam status siaga, jikalau diandalkan suatu ketika ada serangan dari luar.
Aspek kepercayaan sudah cukup jelas, alasannya yaitu ini menyangkut bisnis, jelasnya perdagangan alutsista. Kalau performanya mengecewakan, tentu operator tidak lagi percaya dan tidak tiba lagi. Aspek kepercayaan bisa dikonfirmasi kembali.
Dengan adanya suplemen Helikopter Apache yang akan menjadi milik Tentara Nasional Indonesia AD bukan saja penambahan alutsista. Tapi yang paling penting bagaimana iya efektif dalam penggunaannya ketika negara membutuhkan dalam menangkis setiap rongrongan yang tiba dari luar maupun dari dalam.
Untuk beberapa tahun kedepan bangsa Indonesia akan mempunyai sejumlah alutsista yang canggih.
Hal ini terungkap ketika beberapa waktu yang kemudian melalui pimpinan Tentara Nasional Indonesia AD memperlihatkan info kepada publik ihwal planning pembelian Helikopter Apache.
Indonesia sampai dikala ini masih menunggu kepastian pengiriman helikopter Apache buatan Amerika Serikat.
Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Tentara Nasional Indonesia Mulyono belum sanggup memastikan helikopter Apache buatan Amerika Serikat yang dibeli Tentara Nasional Indonesia AD tiba di Indonesia tahun ini, tetapi dirinya berharap helikopter itu sanggup ditampilkan dikala HUT Tentara Nasional Indonesia pada 5 Oktober 2017.
Semoga saja pada moment tertentu ibarat pada 5 Oktober secara fisik minimal bisa didatangkan dulu biar rakyat Indonesia yakin dan tahu itu menjadi kegiatan dari Angkatan Darat yang nantinya harus dibeli. Ungkapan KSAD tersebut terlontar ketika kegiatan di sela-sela Pembukaan Rapat Pimpinan Tentara Nasional Indonesia AD 2017 di Mabes AD, Jakarta Pusat, Senin (23/1/2017) beberapa waktu yang lalu.
Perlu kita ketahui bersama bahwa sampai kini, proses pengadaan helikopter itu masih terus dilakukan. Komunikasi dengan pabrikan dilakukan intensif biar helikopter tersebut segera tiba di Tanah Air.
Sebagaimana lazimnya kata Kasad bahwa "Kita harus tahu, pengadaan itu kini kontrak tidak bisa pribadi datang. Melalui proses panjang”. Tentara Nasional Indonesia AD telah memesan delapan unit helikopter Apache.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa kontrak pengadaannya mencapai 295,8 juta dolar AS. Pada dasarnya, kegiatan pembangunan kapabilitas alutsista di Indonesia itu dirancang dalam tiga tahap: tahap 1 MEF pada 2010-2014; tahap 2 essential forces pada 2015-2019; dan tahap 3 optimum forces pada 2020-2025.
Saat ini tahap pertama telah tamat dilakukan dengan realisasi Rp122,2 triliun, atau mencapai sasaran sebesar 74,98%. Untuk tahap kedua dan ketiga, direncanakan akan dialokasikan sekitar Rp157,5 triliun.
Namun, terkait dengan beberapa pembiasaan dengan kondisi dikala ini, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu telah menyatakan bahwa pada RPJMN telah disusun baseline sekitar Rp 293,5 triliun untuk anggaran tahap kedua.
Modernisasi persenjataan bisa bermakna dua: pengadaan senjata baru, atau bisa juga upgrade senjata yang sudah ada. Secara umum, pilihan kedua (upgrade) lebih ekonomis, mengingat anggaran negara kita untuk pengadaan senjata gres memang terbatas.
Target modernisasi bergotong-royong tidak terlalu tinggi, minimalis bahkan, yang penting Tentara Nasional Indonesia bisa dalam status siaga, jikalau diandalkan suatu ketika ada serangan dari luar.
Aspek kepercayaan sudah cukup jelas, alasannya yaitu ini menyangkut bisnis, jelasnya perdagangan alutsista. Kalau performanya mengecewakan, tentu operator tidak lagi percaya dan tidak tiba lagi. Aspek kepercayaan bisa dikonfirmasi kembali.
Dengan adanya suplemen Helikopter Apache yang akan menjadi milik Tentara Nasional Indonesia AD bukan saja penambahan alutsista. Tapi yang paling penting bagaimana iya efektif dalam penggunaannya ketika negara membutuhkan dalam menangkis setiap rongrongan yang tiba dari luar maupun dari dalam.
♞ Tribunnews
0 Response to "Info!! Menunggu Kiriman Helikopter Apache"
Post a Comment