Info!! Pengamat Sarankan Indonesia Pikir Dua Kali Untuk Bantu Marawi
Marawi tengah siaga alasannya adanya kelompok teroris Maute. (REUTERS/Romeo Ranoco) ✬
Indonesia perlu berpikir ulang bila memang benar ingin menerjunkan militernya di Marawi, Filipina. Itu disimpulkan dari pernyataan pengamat terorisme dari Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya yang diterima CNNIndonesia.com, Sabtu (24/6).
“Jika pun dari pihak Filipina sudah memberi lampu hijau, keputusan Indonesia untuk terlibat perlu didasarkan kajian yang mendalam perihal segala aspek, baik politik, sosial, ekonomi maupun hal strategis lainnya,” ujar Harits dalam pernyataan tertulisnya.
Sebab, ia melanjutkan, militer Indonesia akan terlibat perang di wilayah negara lain yang berdaulat. Belum lagi ada sejarah panjang dari konflik Marawi, antara masyarakat minoritas Muslim dengan pemerintah sentra Filipina. Harist mengingatkan jangan hingga Indonesia terseret konflik berkepanjangan di Asia Tenggara, yang mungkin ‘ada udang di balik batu.’
Mungkin, berdasarkan Harits, ada kekuatan global dan kepentingan strategis di baliknya.
Harits menambahkan, Indonesia sebaiknya tidak ‘dibutakan’ oleh label terorisme yang ditautkan pada kelompok Maute. “Tidak lalu serta merta mengakibatkan Indonesia menutup mata dan mengiyakan semua perintah operasi militer di Marawi,” tutur Harits lagi.
Dilihat secara kekuatan militer, Indonesia sangat layak untuk membantu militer Filipina di Marawi. Sebab, kata Harits, selama ini militer Filipina sangat tergantung pada Amerika sehingga perkembangannya lambat. Lain dengan Indonesia yang senjata pun lebih modern.
“Bisa dimengerti kenapa Duterte berharap militer Indonesia terlibat membantu,” katanya.
Jika Indonesia benar membantu, secara tidak eksklusif itu juga dapat berdampak pada serangan-serangan terorisme di Tanah Air. Bisa jadi, Harits menuturkan, pinjaman itu menyulut amarah kelompok ISIS di Indonesia dan mereka ‘membalas dendam’ dengan mengakibatkan pegawanegeri militer sebagai target teror. “Ada kompleksitas kepentingan dan dampak di dalamnya yang perlu dipertimbangkan dengan masak oleh pemerintah Indonesia,” kata Harits.
Yang dapat dilakukan pemerintah Indonesia ketika ini, bersama dengan pemerintah Malaysia, berdasarkan Harits yaitu menjaga perbatasan. Saat ini Tentara Nasional Indonesia Polisi Republik Indonesia sendiri, terutama di perbatasan Sulawesi Utara yang berdekatan dengan Marawi, sudah melaksanakan itu.
Sementara Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto menyampaikan patroli militer demi menangkal peredaran ISIS yang dilakukan Indonesia, Filipina, dan Malaysia dapat dilakukan, hanya saja ketika ini masih menunggu pemenuhan prosedur.
“Ini sedang digarap, Menhan juga sudah ketemu untuk menggarap itu,” kata Wiranto.
Dukungan Presiden Filipina Rodrigo Duterte dan menteri pertahanannya saja tak cukup menciptakan Indonesia dapat masuk membantu menghabiskan basis ISIS. "Kalau Presiden boleh, tapi tidak segampang itu. Harus ada rakyat di sana," kata Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. (rsa)
Indonesia perlu berpikir ulang bila memang benar ingin menerjunkan militernya di Marawi, Filipina. Itu disimpulkan dari pernyataan pengamat terorisme dari Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya yang diterima CNNIndonesia.com, Sabtu (24/6).
“Jika pun dari pihak Filipina sudah memberi lampu hijau, keputusan Indonesia untuk terlibat perlu didasarkan kajian yang mendalam perihal segala aspek, baik politik, sosial, ekonomi maupun hal strategis lainnya,” ujar Harits dalam pernyataan tertulisnya.
Sebab, ia melanjutkan, militer Indonesia akan terlibat perang di wilayah negara lain yang berdaulat. Belum lagi ada sejarah panjang dari konflik Marawi, antara masyarakat minoritas Muslim dengan pemerintah sentra Filipina. Harist mengingatkan jangan hingga Indonesia terseret konflik berkepanjangan di Asia Tenggara, yang mungkin ‘ada udang di balik batu.’
Mungkin, berdasarkan Harits, ada kekuatan global dan kepentingan strategis di baliknya.
Harits menambahkan, Indonesia sebaiknya tidak ‘dibutakan’ oleh label terorisme yang ditautkan pada kelompok Maute. “Tidak lalu serta merta mengakibatkan Indonesia menutup mata dan mengiyakan semua perintah operasi militer di Marawi,” tutur Harits lagi.
Dilihat secara kekuatan militer, Indonesia sangat layak untuk membantu militer Filipina di Marawi. Sebab, kata Harits, selama ini militer Filipina sangat tergantung pada Amerika sehingga perkembangannya lambat. Lain dengan Indonesia yang senjata pun lebih modern.
“Bisa dimengerti kenapa Duterte berharap militer Indonesia terlibat membantu,” katanya.
Jika Indonesia benar membantu, secara tidak eksklusif itu juga dapat berdampak pada serangan-serangan terorisme di Tanah Air. Bisa jadi, Harits menuturkan, pinjaman itu menyulut amarah kelompok ISIS di Indonesia dan mereka ‘membalas dendam’ dengan mengakibatkan pegawanegeri militer sebagai target teror. “Ada kompleksitas kepentingan dan dampak di dalamnya yang perlu dipertimbangkan dengan masak oleh pemerintah Indonesia,” kata Harits.
Yang dapat dilakukan pemerintah Indonesia ketika ini, bersama dengan pemerintah Malaysia, berdasarkan Harits yaitu menjaga perbatasan. Saat ini Tentara Nasional Indonesia Polisi Republik Indonesia sendiri, terutama di perbatasan Sulawesi Utara yang berdekatan dengan Marawi, sudah melaksanakan itu.
Sementara Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto menyampaikan patroli militer demi menangkal peredaran ISIS yang dilakukan Indonesia, Filipina, dan Malaysia dapat dilakukan, hanya saja ketika ini masih menunggu pemenuhan prosedur.
“Ini sedang digarap, Menhan juga sudah ketemu untuk menggarap itu,” kata Wiranto.
Dukungan Presiden Filipina Rodrigo Duterte dan menteri pertahanannya saja tak cukup menciptakan Indonesia dapat masuk membantu menghabiskan basis ISIS. "Kalau Presiden boleh, tapi tidak segampang itu. Harus ada rakyat di sana," kata Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. (rsa)
♞ CNN
0 Response to "Info!! Pengamat Sarankan Indonesia Pikir Dua Kali Untuk Bantu Marawi"
Post a Comment