Info!! Bangkit Kapal Selam Tidak Mudah
Perakitan kapal selam di PT PAL [saiddidu]
Membuat kapal selam ternyata jauh lebih banyak yang harus diperhitungkan bila dibanding menciptakan kapal permukaan.
“Pembangunan kapal selam sangat jauh beda dengan pembangunan kapal permukaan alasannya yakni risiko yang dihadapinya pun lebih besar,” ujar Komandan Satuan Tugas Proyek Pengadaan Kapal Selam Laksma Tentara Nasional Indonesia Iwan Isnurwanto kepada Antara di Seoul, pertengahan pekan ini.
Dia menjelaskan, kapal permukaan sesudah pembuatan hanya dicek di permukaan, apabila gagal masih sanggup mengapung, tetapi kapal selam tidak.
Kapal selam bila mengalami kedaruratan, kata Iwan, maka sanggup menyelam dalam, tetapi tidak sanggup naik sehingga membahayakan para awak.
“Jadi harus dua alam, di dalam air dan di permukaan. Kalau ia pengecekan di atas permukaan normal semua tidak masalah, tetapi di bawah air ini bagaimana,” kata dia.
Ia menyampaikan lebih dari 50 hal yang harus dilaksanakan dalam mengecek kapal selam, mulai dari penyelaman, kecepatan, kemampuan hingga ketahanan lamanya.
Pada Rabu (25/4), Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menghadiri program penamaan kapal dan penyerahan KRI Ardadedali-404 di galangan kapal DSME, Okpo, Korea Selatan.
Kapal selam tersebut yakni hasil kolaborasi yang kedua kali dengan Korea Selatan, sesudah kapal selam pertama KRI Nagapasa-403 yang diluncuran 24 Maret 2016.
Adapun kapal selam ketiga kolaborasi dengan Korea Selatan telah mulai proses penyambungan antarbagian beberapa bulan kemudian dan ditargetkan simpulan pada Juli 2018.
Pembuatan kapal selam pertama dilakukan oleh para teknisi Korsel, kapal kedua dilakukan bersama dengan para teknisi Indonesia yang telah dilatih oleh Korsel. Kapal ketiga dibentuk oleh para teknisi Indonesia dengan supervisi dari Korsel.
Laksma Tentara Nasional Indonesia Iwan Isnurwanto menyampaikan pembuatan kapal selam ketiga oleh PT PAL dan DSME (Korsel) perlu melibatkan praktisi menyerupai satuan kapal selam Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut, yang berpengalaman mengoperasikan kapal selam.
“Jadi PT PAL harus mau membuka diri mendapatkan wangsit dan saran dari awak kapal selam seharusnya bagaimana dan tidak bisa berdiri sendiri alasannya yakni pengetahuan dari praktik dimiliki awak kapal selam,” katanya.
Pihak PT PAL pun, tutur Iwan, tidak bisa eksklusif masuk kapal selam, melainkan memerlukan perizinan dari otoritas berwenang.
“Untuk itu, dibutuhkan komunikasi yang baik sehingga nantinya ketika akan memperbaiki ini, niscaya melalui orang-orang kapal selam,” kata dia.
Menurut dia, tidak ada yang instan dalam hal kapal selam, alasannya yakni kemampuan yang dimiliki pun akan berbeda sesuai proses yang telah dijalani.
“Contoh awak kapal selam tidak eksklusif mengawaki, tapi melihat dari kapal permukaan kemudian kapal selam, itu pun melalui tes psikologi, kemudian dari kemampuan yang ada, akan dinilai apakah bisa masuk menjadi orang kapal selam,” ucap Iwan.
Kapal selam ketiga yang dikerjakan PT PAL Surabaya akan diberi nama KRI Alugoro-405, diambil dari nama senjata pemukul berbentuk palu yang Prabu Baladewa.
“Dengan posisi yang ada harus menuntaskan dengan sesuai aktivitas yang telah dibuat, itu harus. Direncanakan pada Juli 2018 itu peluncuran,” ujar Iwan Isnurwanto.
Penyambungan bagian-bagian kapal selam di PT PAL, tutur Iwan Isnurwanto, juga didampingi delapan personel dari DSME yang akan membantu memperlihatkan aba-aba kepada personel dari PT PAL.
“Personel galangan DSME tidak aktif untuk melakukan di PT PAL, hanya memperlihatkan arahan, misalnya, ini harusnya begini, tetapi kuasa bahwasanya yakni orang PT PAL,” kata Iwan.
Contohnya, kata dia, menyerupai meluruskan kabel yang sebelumnya dirangkai di galangan kapal DSME sebelum digabung, sesudah digabung nantinya harus meluruskan dari belakang ke depan.
Ia percaya PT PAL sanggup mengakibatkan bagian-bagian kapal selam menjadisuatu sistem yang nantinya bisa terintegrasi penuh dan bekerja dengan baik.
Membuat kapal selam ternyata jauh lebih banyak yang harus diperhitungkan bila dibanding menciptakan kapal permukaan.
“Pembangunan kapal selam sangat jauh beda dengan pembangunan kapal permukaan alasannya yakni risiko yang dihadapinya pun lebih besar,” ujar Komandan Satuan Tugas Proyek Pengadaan Kapal Selam Laksma Tentara Nasional Indonesia Iwan Isnurwanto kepada Antara di Seoul, pertengahan pekan ini.
Dia menjelaskan, kapal permukaan sesudah pembuatan hanya dicek di permukaan, apabila gagal masih sanggup mengapung, tetapi kapal selam tidak.
Kapal selam bila mengalami kedaruratan, kata Iwan, maka sanggup menyelam dalam, tetapi tidak sanggup naik sehingga membahayakan para awak.
“Jadi harus dua alam, di dalam air dan di permukaan. Kalau ia pengecekan di atas permukaan normal semua tidak masalah, tetapi di bawah air ini bagaimana,” kata dia.
Ia menyampaikan lebih dari 50 hal yang harus dilaksanakan dalam mengecek kapal selam, mulai dari penyelaman, kecepatan, kemampuan hingga ketahanan lamanya.
Pada Rabu (25/4), Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menghadiri program penamaan kapal dan penyerahan KRI Ardadedali-404 di galangan kapal DSME, Okpo, Korea Selatan.
Kapal selam tersebut yakni hasil kolaborasi yang kedua kali dengan Korea Selatan, sesudah kapal selam pertama KRI Nagapasa-403 yang diluncuran 24 Maret 2016.
Adapun kapal selam ketiga kolaborasi dengan Korea Selatan telah mulai proses penyambungan antarbagian beberapa bulan kemudian dan ditargetkan simpulan pada Juli 2018.
Pembuatan kapal selam pertama dilakukan oleh para teknisi Korsel, kapal kedua dilakukan bersama dengan para teknisi Indonesia yang telah dilatih oleh Korsel. Kapal ketiga dibentuk oleh para teknisi Indonesia dengan supervisi dari Korsel.
Laksma Tentara Nasional Indonesia Iwan Isnurwanto menyampaikan pembuatan kapal selam ketiga oleh PT PAL dan DSME (Korsel) perlu melibatkan praktisi menyerupai satuan kapal selam Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut, yang berpengalaman mengoperasikan kapal selam.
“Jadi PT PAL harus mau membuka diri mendapatkan wangsit dan saran dari awak kapal selam seharusnya bagaimana dan tidak bisa berdiri sendiri alasannya yakni pengetahuan dari praktik dimiliki awak kapal selam,” katanya.
Pihak PT PAL pun, tutur Iwan, tidak bisa eksklusif masuk kapal selam, melainkan memerlukan perizinan dari otoritas berwenang.
“Untuk itu, dibutuhkan komunikasi yang baik sehingga nantinya ketika akan memperbaiki ini, niscaya melalui orang-orang kapal selam,” kata dia.
Menurut dia, tidak ada yang instan dalam hal kapal selam, alasannya yakni kemampuan yang dimiliki pun akan berbeda sesuai proses yang telah dijalani.
“Contoh awak kapal selam tidak eksklusif mengawaki, tapi melihat dari kapal permukaan kemudian kapal selam, itu pun melalui tes psikologi, kemudian dari kemampuan yang ada, akan dinilai apakah bisa masuk menjadi orang kapal selam,” ucap Iwan.
Kapal selam ketiga yang dikerjakan PT PAL Surabaya akan diberi nama KRI Alugoro-405, diambil dari nama senjata pemukul berbentuk palu yang Prabu Baladewa.
“Dengan posisi yang ada harus menuntaskan dengan sesuai aktivitas yang telah dibuat, itu harus. Direncanakan pada Juli 2018 itu peluncuran,” ujar Iwan Isnurwanto.
Penyambungan bagian-bagian kapal selam di PT PAL, tutur Iwan Isnurwanto, juga didampingi delapan personel dari DSME yang akan membantu memperlihatkan aba-aba kepada personel dari PT PAL.
“Personel galangan DSME tidak aktif untuk melakukan di PT PAL, hanya memperlihatkan arahan, misalnya, ini harusnya begini, tetapi kuasa bahwasanya yakni orang PT PAL,” kata Iwan.
Contohnya, kata dia, menyerupai meluruskan kabel yang sebelumnya dirangkai di galangan kapal DSME sebelum digabung, sesudah digabung nantinya harus meluruskan dari belakang ke depan.
Ia percaya PT PAL sanggup mengakibatkan bagian-bagian kapal selam menjadisuatu sistem yang nantinya bisa terintegrasi penuh dan bekerja dengan baik.
0 Response to "Info!! Bangkit Kapal Selam Tidak Mudah"
Post a Comment