Info!! Menjadi Distributor Belakang Layar Di Belanda Demi Bebaskan Irian Barat

Krisno Nimpuno, siswa Papua, Sri (istri Krisno), Tan Hoan Koen [Dok. Kwik Kian Gie]

Selama ini setiap operasi militer yang tercatat dalam sejarah tampaknya cuma mengisahkan usaha para tentara. Tak terkecuali dalam Operasi Pembebasan Irian Barat dari Belanda pada 1962. Padahal kala itu ternyata ada sejumlah mahasiswa Indonesia di Belanda yang turut berperan dengan segala risikonya.

Mereka antara lain Mohammad Samadikun dan Jimmy Tjan Hok Soei yang kuliah di Rotterdam, Basuki Gunawan dan Ramli Kasim (Amsterdam), Krisno Nimpuno dan Tan Hoan Koen (Delft), Frans Kho Mariakasih (Mijmegen), serta Sediono (Momi) Tjondronegoro dan Kwik Kian Gie.

"Pemimpin kami Samadikun. Namun tampaknya Frans memegang peranan penting tapi gres belakangan kami mengetahui ia termasuk kelompok intel," tulis Kwik dalam memoarnya, 'Menelusuri Zaman', yang dikutip detikcom, Selasa (20/2/2018).

Berbagai kegiatan mereka lakukan ibarat melobi sejumlah politisi Belanda di DPR yang pro-pengembalian Irian Barat supaya jangan hingga terjadi peperangan. Hasil dari sejumlah diskusi formal atapun informal dengan mereka lambat maritim berkembang cukup banyak politisi, pengamat, cendekiawan, dan media massa yang pro atas diserahkannya Irian Barat.

"Partai Buruh pro-diserahkannya Irian Barat dan ketua fraksinya di parlemen, J. de Kadt, menyarankan supaya Indonesia menembak mati beberapa serdadu Belanda," tulis Kwik.

Kalau ini terjadi, Kadt akan mengerahkan demonstrasi kaum ibu. Dia yakin dengan demikian Belanda akan menyerahkan Irian Barat op een presenter blaadje (di atas sebuah baki). Di sisi lain, ada sebagian elite Belanda yang tetap ingin mempertahankan Irian Barat dengan argumentasi, secara etnis orang Irian termasuk kelompok Melanesia, bukan Melayu.

"Semua diskusi dengan para pemimpin dan politisi Belanda kami tulis dalam bentuk laporan kepada Kolonel Wadli, atase militer di KBRI, Bonn, Jerman Barat," tulis Kwik.

Upaya lain yang dilakukan ialah melobi para mahasiswa Papua yang sedang berguru di Belanda. Mereka dibujuk supaya mau ke Indonesia secara rahasia, mendadak, dan memperlihatkan konferensi pers di Jakarta. Untuk menghindari kecurigaan, para mahasiswa Papua itu dibawa ke Brussel, Belgia, melalui jalur darat. Dari sana mereka mendapat tiket untuk ke Jakarta dari Direktur KLM, Van Konijneburg, yang dekat dengan Bung Karno dan menjadi dosen tamu di UI.

Selain itu, Kwik, yang menjadi staf lokal di KBRI, bertugas mengumpulkan banyak sekali informasi perihal kondisi di Irian Barat. Dia antara lain mendapatkannya dengan mengumpulkan berita-berita di koran dan merekam semua siaran radio di Belanda.

Dari siaran percakapan eksklusif lewat radio antara prajurit Belanda di Irian Barat dan keluarga mereka di Belanda sanggup terdeteksi ada berapa kapten dan kolonel di suatu kabupaten. Juga sanggup terdeteksi di titik wilayah mana saja yang kosong dari pendudukan tentara Belanda. Di situlah pasukan Tentara Nasional Indonesia kemudian diterjunkan.

"Tapi bergotong-royong saya pribadi gres tahu jika semua yang dilakukan itu untuk operasi militer ya belakangan. Saya juga tidak kenal Pak Benny (Moerdani), tapi kemudian sehabis ia menjadi Panglima ABRI saya dekat dengannya," kata Kwik kepada detikcom melalui telepon, Selasa (20/2/2018). (jat/jat)

   detik  

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Info!! Menjadi Distributor Belakang Layar Di Belanda Demi Bebaskan Irian Barat"

Post a Comment