Info!! Arti Penting Kedaulatan Udara
Belajar dari Kasus Qatar
Rute penerbangan usang dan gres sehabis Arab Saudi mengeluarkan larangan terbang bagi pesawat beregistrasi Qatar, Selasa (6/6/2017)(Flightradar24) ●
Pada ketika kekerabatan Rusia dengan negara barat meruncing alasannya permasalahan Ukraina, otoritas penerbangan Rusia mengancam untuk menutup kolom udara di bawah kekuasaannya yang merupakan tempat "kunci" dari jalur penerbangan internasional yang menghubungkan Barat dan Timur.
Saat itu hampir semua maskapai penerbangan negara barat berteriak keras. Penutupan itu berdampak pada jalur penerbangan internasional. Mereka yang terbang dari barat ke timur dan sebaliknya harus memutar lebih jauh. Tidak efisien.
Minggu kemudian tersebar kabar, otoritas penerbangan Arab Saudi menutup tempat udaranya bagi semua penerbangan pesawat Qatar menyusul konflik yang tengah berkembang antar kedua negara itu.
Tindakan ini berdampak eksklusif bagi maskapai Qatar Airways. Jika penutupan wilayah udara ini berlangsung lama, tidak tidak mungkin akan menciptakan Qatar Airways bangkrut.
Sejarah mencatat, bahwa tempat wilayah udara sebuah negara ternyata berkait akrab dengan kedaulatan dan martabat sebagai sebuah bangsa.
Banyak sekali contoh-contoh yang terukir dalam sejarah dunia, mulai dari perang dunia sampai di penghujung era ini.
Jerman gagal menduduki Inggris, walau sudah menduduki Perancis, alasannya gagal dalam pertempuran di wilayah udara Inggris. RAF, pasukan udara Inggris memukul mudur Jerman di udara. Pertempuran itu dikenang sebagai The Battle of Britain.
Amerika Serikat memperoleh pelajaran yang sangat mahal harganya ketika pangkalan militer mereka di Pasifik (Pearl Harbor) porak poranda oleh serangan Jepang.
Hal itu terjadi sebagai akhir dari kedaulatan udara Amerika di atas Hawai tidak terjaga dengan baik.
Kapal-kapal perang Amerika tenggelam. Banyak sekali korban nyawa berjatuhan dengan tragis dan dramatis.
Friedman, dalam bukunya yang populer berjudul The Future of War menyebut bencana Pearl Harbor sebagai the origins of American military failure.
Kerajaan Jepang yang memiiki angkatan perang beserta prajurit pilihan berdedikasi tinggi serta begitu berpengaruh persenjataannya pada perjalanan perang dunia yang tengah berlangsung, ternyata ditaklukkan "hanya" alasannya ketidakmampuan menjaga wilayah udara kedaulatannya di atas Hiroshima dan Nagasaki.
Kedua kota itu luluh lantak dibom Amerika Serikat. Tak usang sehabis itu Jepang mengalah dan berhentilah seluruh pertempuran dalam rangkaian perang dunia kedua.
Peristiwa 911 di tahun 2001 berupa empat rangkaian serangan teroris terkoordinasi di hari Selasa 11 september, ternyata dilakukan memakai empat pesawat terbang komersial dari maskapai Amerika Serikat sendiri yaitu American Airlines dan United Airlines. Tragedi itu disebut antara lain sebagai “September 11 attacks”.
Sesaat sehabis kejadian, semua Air Force Base disiagakan menghadapi serangan dari udara. Semua penerbangan komersial dan non komersial dihentikan terbang. Satu pukulan berat bagi sistem keamanan nasional Amerika.
Padahal, apa yang kurang dari Amerika? Negeri adi daya itu mempunyai Pentagon (Army, Navy, Marine Corps, Air Force dan Coast Guard), FBI, dan CIA. Tapi, pertahanan udaranya jebol juga.
Hasil kaji ulang perihal kejadian 911 mengantar Amerika mendirikan institusi gres yaitu Departement of Homeland Security. Setelah itu dibuat pula tubuh gres yang antara lain untuk memperkuat FAA (Federal Aviation Administration) di bidang keamanan transportasi nasional, dikenal sebagai TSA (Transportation Security Administration).
Seluruh jaringan transportasi ditertibkan, semua jalur penerbangan komersial ditata ulang terutama koridor take off dan landing yang akan berada dalam pengawasan yang sangat ketat.
Intinya, jalur penerbangan komersial di dalam negeri telah dimasukkan dalam daftar “national potential threat”. Semua Aerodrome, terutama gedung terminal airport penerbangan komersial berada dibawah pengawasan yang “super-ketat”.
Demikianlah, rangkaian catatan sejarah yang menjelaskan dengan sangat "loud and clear", bahwa urusan udara bukan hanya urusannya "Civil Aviation" dan duduk masalah "hubungan internasional" belaka.
Pengelolaan wilayah udara kedaulatan sebuah negara harus ditangani terpadu di tingkat strategis yang menempel pada kekuasaan ditingkat sentra Pemerintahan.
Pengelolaan wilayah udara akan memilih eksistensi sebuah bangsa, menempel akrab di dalamnya martabat sebagai sebuah negara.
Merujuk pada hal tersebut, maka dengan sangat sederhana sanggup disimpulkan bahwa urusan pengelolaan wilayah udara kedaulatan Indonesia bukanlah hanya urusannya Kementrian Perhubungan dan Kementrian Luar Negeri saja.
Ada beberapa institusi lainnya yang justru memegang peranan penting yang harus dilibatkan, kalau kita tidak ingin bernasib konyol sebagaimana dicontohkan dalam banyak catatan sejarah.
Kita masih membutuhkan sebuah tubuh semacam "Depanri" (Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional) yang pernah ada beberapa waktu yang lalu. Badan ini merupakan wadah terpadu di tingkat strategis dibawah kendali Presiden yang akan memilih kebijakan nasional di bidang pengelolaan wilayah udara kedaulatan NKRI.
Badan ini ialah sebuah wadah yang menampung aneka macam pemikiran dari majemuk perspektif yang visioner untuk sanggup berkontribusi kepada para pemegang dan penentu kebijakan di tingkat nasional dalam proses pengambilan keputusan.
Mengelola wilayah udara ialah mengelola kehormatan bangsa yang membutuhkan orang-orang yang penuh dedikasi, orang-orang yang mementingkan negaranya terlebih dahulu sebelum kepentingan dirinya sendiri.
Saya ingin mengakhiri uraian ini dengan kata-kata dari David Ben-Gurion 14 Mei 1948: "A high standard of living, a rich culture, spiritual, political and economic independenc, are not possible without full of aerial control”.
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005
Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"
Rute penerbangan usang dan gres sehabis Arab Saudi mengeluarkan larangan terbang bagi pesawat beregistrasi Qatar, Selasa (6/6/2017)(Flightradar24) ●Pada ketika kekerabatan Rusia dengan negara barat meruncing alasannya permasalahan Ukraina, otoritas penerbangan Rusia mengancam untuk menutup kolom udara di bawah kekuasaannya yang merupakan tempat "kunci" dari jalur penerbangan internasional yang menghubungkan Barat dan Timur.
Saat itu hampir semua maskapai penerbangan negara barat berteriak keras. Penutupan itu berdampak pada jalur penerbangan internasional. Mereka yang terbang dari barat ke timur dan sebaliknya harus memutar lebih jauh. Tidak efisien.
Minggu kemudian tersebar kabar, otoritas penerbangan Arab Saudi menutup tempat udaranya bagi semua penerbangan pesawat Qatar menyusul konflik yang tengah berkembang antar kedua negara itu.
Tindakan ini berdampak eksklusif bagi maskapai Qatar Airways. Jika penutupan wilayah udara ini berlangsung lama, tidak tidak mungkin akan menciptakan Qatar Airways bangkrut.
Sejarah mencatat, bahwa tempat wilayah udara sebuah negara ternyata berkait akrab dengan kedaulatan dan martabat sebagai sebuah bangsa.
Banyak sekali contoh-contoh yang terukir dalam sejarah dunia, mulai dari perang dunia sampai di penghujung era ini.
Jerman gagal menduduki Inggris, walau sudah menduduki Perancis, alasannya gagal dalam pertempuran di wilayah udara Inggris. RAF, pasukan udara Inggris memukul mudur Jerman di udara. Pertempuran itu dikenang sebagai The Battle of Britain.
Amerika Serikat memperoleh pelajaran yang sangat mahal harganya ketika pangkalan militer mereka di Pasifik (Pearl Harbor) porak poranda oleh serangan Jepang.
Hal itu terjadi sebagai akhir dari kedaulatan udara Amerika di atas Hawai tidak terjaga dengan baik.
Kapal-kapal perang Amerika tenggelam. Banyak sekali korban nyawa berjatuhan dengan tragis dan dramatis.
Friedman, dalam bukunya yang populer berjudul The Future of War menyebut bencana Pearl Harbor sebagai the origins of American military failure.
Kerajaan Jepang yang memiiki angkatan perang beserta prajurit pilihan berdedikasi tinggi serta begitu berpengaruh persenjataannya pada perjalanan perang dunia yang tengah berlangsung, ternyata ditaklukkan "hanya" alasannya ketidakmampuan menjaga wilayah udara kedaulatannya di atas Hiroshima dan Nagasaki.
Kedua kota itu luluh lantak dibom Amerika Serikat. Tak usang sehabis itu Jepang mengalah dan berhentilah seluruh pertempuran dalam rangkaian perang dunia kedua.
Peristiwa 911 di tahun 2001 berupa empat rangkaian serangan teroris terkoordinasi di hari Selasa 11 september, ternyata dilakukan memakai empat pesawat terbang komersial dari maskapai Amerika Serikat sendiri yaitu American Airlines dan United Airlines. Tragedi itu disebut antara lain sebagai “September 11 attacks”.
Sesaat sehabis kejadian, semua Air Force Base disiagakan menghadapi serangan dari udara. Semua penerbangan komersial dan non komersial dihentikan terbang. Satu pukulan berat bagi sistem keamanan nasional Amerika.
Padahal, apa yang kurang dari Amerika? Negeri adi daya itu mempunyai Pentagon (Army, Navy, Marine Corps, Air Force dan Coast Guard), FBI, dan CIA. Tapi, pertahanan udaranya jebol juga.
Hasil kaji ulang perihal kejadian 911 mengantar Amerika mendirikan institusi gres yaitu Departement of Homeland Security. Setelah itu dibuat pula tubuh gres yang antara lain untuk memperkuat FAA (Federal Aviation Administration) di bidang keamanan transportasi nasional, dikenal sebagai TSA (Transportation Security Administration).
Seluruh jaringan transportasi ditertibkan, semua jalur penerbangan komersial ditata ulang terutama koridor take off dan landing yang akan berada dalam pengawasan yang sangat ketat.
Intinya, jalur penerbangan komersial di dalam negeri telah dimasukkan dalam daftar “national potential threat”. Semua Aerodrome, terutama gedung terminal airport penerbangan komersial berada dibawah pengawasan yang “super-ketat”.
Demikianlah, rangkaian catatan sejarah yang menjelaskan dengan sangat "loud and clear", bahwa urusan udara bukan hanya urusannya "Civil Aviation" dan duduk masalah "hubungan internasional" belaka.
Pengelolaan wilayah udara kedaulatan sebuah negara harus ditangani terpadu di tingkat strategis yang menempel pada kekuasaan ditingkat sentra Pemerintahan.
Pengelolaan wilayah udara akan memilih eksistensi sebuah bangsa, menempel akrab di dalamnya martabat sebagai sebuah negara.Merujuk pada hal tersebut, maka dengan sangat sederhana sanggup disimpulkan bahwa urusan pengelolaan wilayah udara kedaulatan Indonesia bukanlah hanya urusannya Kementrian Perhubungan dan Kementrian Luar Negeri saja.
Ada beberapa institusi lainnya yang justru memegang peranan penting yang harus dilibatkan, kalau kita tidak ingin bernasib konyol sebagaimana dicontohkan dalam banyak catatan sejarah.
Kita masih membutuhkan sebuah tubuh semacam "Depanri" (Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional) yang pernah ada beberapa waktu yang lalu. Badan ini merupakan wadah terpadu di tingkat strategis dibawah kendali Presiden yang akan memilih kebijakan nasional di bidang pengelolaan wilayah udara kedaulatan NKRI.
Badan ini ialah sebuah wadah yang menampung aneka macam pemikiran dari majemuk perspektif yang visioner untuk sanggup berkontribusi kepada para pemegang dan penentu kebijakan di tingkat nasional dalam proses pengambilan keputusan.
Mengelola wilayah udara ialah mengelola kehormatan bangsa yang membutuhkan orang-orang yang penuh dedikasi, orang-orang yang mementingkan negaranya terlebih dahulu sebelum kepentingan dirinya sendiri.
Saya ingin mengakhiri uraian ini dengan kata-kata dari David Ben-Gurion 14 Mei 1948: "A high standard of living, a rich culture, spiritual, political and economic independenc, are not possible without full of aerial control”.
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005
Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"
★ Kompas
0 Response to "Info!! Arti Penting Kedaulatan Udara"
Post a Comment