Info!! Marder 1A3 ‘Si Bajing Pohon’ Yang Mematikan

IFV Marder 1A3 Tentara Nasional Indonesia AD ★

Bundeswehr memang menawarkan nama yang kurang gahar, ‘Marder’ (sejenis bajing pohon) kepada ranpur pertama dari negeri Barat ini. Namun, jangan pandang sebelah mata, Marder sangat mumpuni sebagai kendaraan tempur dan merupakan pionir dalam jenisnya.

Sebelumnya, tidak ada yang mengenal konsep kendaraan pengangkut pasukan yang mempunyai daya gempur memadai untuk terus mendampingi gerak maju kavaleri. Yang ada hanya kendaraan angkut pasukan (ranpas) yang dipersenjatai sekedarnya. Yang penting ialah mengantarkan infantri ke garis depan, atau menjemputnya kembali. Tidak ada ceritanya ranpas didapuk untuk sanggup berhadap-hadapan dengan ranpur lawan. Marder 1A3 yang digunakan oleh Jerman Barat selama bertahun-tahun sekarang dipensiunkan bertahap, dan perlahan-lahan dilungsurkan ke banyak sekali Negara yang berminat, termasuk Indonesia.

 Sejarah 

undeswehr memang menawarkan nama yang kurang gahar INFO!! Marder 1A3 ‘Si Tupai Pohon’ yang MematikanPada 1956, unit pertama Panzergrenadier lahir di kota Munster, yang merupakan salah satu lokasi sekolah kavaleri AD Jerman. Unit yang secara resmi berjulukan Panzergrenadierlehrbataillon ini bertugas melatih prajurit dan menguji dogma infantri mekanis Jerman. Modal pertama infantri mekanis ini ialah infantry carrier buatan AS, M39 sebanyak 30 unit.

Jika dibandingkan dengan tank Jerman ketika itu, M47/M48 (buatan AS), M39 masih bisa mengimbangi. Namun M39 dianggap punya kelemahan, sebab desainnya yang sesungguhnya menggandakan half-track Jerman memakai kompartemen prajurit yang terbuka, yang tentunya rawan terkena pecahan mortir atau jadi sasaran tembak lawan.

Angkatan Darat Jerman segera mengupayakan kendaraan gres sebagai tunggangan prajurit Panzergrenadier. Awalnya, mereka mencoba HS30 buatan pabrikan Hispano Suiza, Swiss. Sayangnya, kendaraan ini populer sebab justru banyak didera kasus teknis. Berbagai problem teknis kerap menghantui, plus dimensi kompartemen prajurit yang dianggap terlalu kecil dan sempit, sehingga rencana penggantian pun sudah digariskan semenjak awal 1960an justru tak usang sehabis HS30 diputuskan untuk diadopsi.

Faktor pendorong lainnya yang tak kalah penting ialah pengadopsian Leopard 1 sebagai MBT AD Jerman. Leopard yang jauh lebih lincah dibanding M47 warisan AS menjadikan HS30 susah mengimbangi. Para pemikir di sentra kavaleri Munster menggariskan beberapa prasyarat untuk sistem ranpur pengganti HS30 yang baru, yang dinamai Schützenpanzer/Spz Neue (tank pengangkut pasukan generasi baru). Beberapa persyaratan tersebut ialah kemampuan offroad yang baik, proteksi yang menyeluruh, bisa mengimbangi gerak maju MBT, dan lincah. Daya gempur juga merupakan satu syarat wajib lainnya, dimana minimal Spz Neue bisa menggotong kanon 20mm yang ketika itu merupakan standar NATO.

Sejak awal sudah digariskan bahwa desain Spz akan diadopsi kedalam beberapa platform ibarat angkut pasukan, tank destroyer (kanon/ rudal), mortar carrier, SPAAG (artileri AA gerak sendiri), ambulans, dan varian komando. Untuk ukuran tahun 1960an, konsep ini sudah sangat maju, pertanda kualitas pemikiran para perwira kavaleri Jerman. Sayangnya, kemampuan industri pertahanan Jerman lantas belum bisa mengimbangi, sehingga diputuskan yang dibangun hanyalah varian dasar untuk angkut pasukan dengan kanon sebagai senjata utamanya.

Konsep ini ditindaklanjuti oleh sejumlah perusahaan yang membangun sejumlah varian, yang alhasil mengerucut menjadi dua konsorsium : Rheinstahl Group yang terdiri dari Rheinstahl/ Witten, Rheinstahl Hanomag-Hannover, dan Biro Desain Warnecke. Konsorsium lainnya dipimpin oleh Henschel AG dan MOWAG pabrikan Swiss.

MOWAG kemudian mundur dan posisinya digantikan oleh Thyssen Industrie AG Henschel di Kassel. Setelah melalui fase pengujian, Rheinstahl dinyatakan sebagai pemenang. Pada 1971, Badan Pengadaan Teknologi Jerman alhasil menyetujui pengadaan Spz dalam skala penuh, dengan angka pesanan sebesar 2.136 kendaraan. Produksi dibagi dua, 1.161 dibentuk oleh Rheinstahl AG, dan 975 dibangun oleh MaK di Kiel (MaK kemudian menjadi pabrik Leopard 2). Kendaraan pertama diserahkan ke Bundeswehr pada 7 Mei 1971, dan diberi nama resmi ‘Marder’.

 IFV Pertama TNI-AD 

undeswehr memang menawarkan nama yang kurang gahar INFO!! Marder 1A3 ‘Si Tupai Pohon’ yang Mematikan[14aste]

Patut disyukuri bahwa militer Indonesia tidak mengecewakan punya pengalaman dalam mengoperasikan ranpur kelas IFV (Infantry Fighting Vehicle), diantaranya ada BVP-2, BTR-80A, AMX-10P, dan yang paling gres BMP-3F. IFV memang punya kemiripan dengan kiprah APC (Armoured Personnel Carrier), yaitu sama-sama bertugas menghantarkan prajurit yang diangkutnya ke wilayah operasi yang telah ditentukan. Tapi IFV punya kemampuan ‘lebih’ dibanding APC.

APC utamanya dibekali dengan senjata untuk self defence, ujung-ujungnya senjata yang digotong paling banter ialah SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7 mm atau pelontar granat AGL-40, di lingkungan Tentara Nasional Indonesia biasa digunakan SMB dari jenis M2HB Browning atau CIS 50MG. Jenis ranpur yang masuk kategori APC bisa kendaraan lapis baja roda rantai atau roda ban. Jenis-jenis APC milik Tentara Nasional Indonesia ketika ini ialah AMX-13 VCI, BTR-50P, Alvis Stormer, dan panser Anoa buatan Pindad. Sementara di lini IFV, ranpur ini lebih sangar, meski mengemban sebagai media transport personel, IFV dipersenjatai dengan kanon kaliber menengah, sehingga tidak mengecewakan efektif untuk ikut menyerang secara pribadi target, atau bisa diperankan sebagai wahana pinjaman tembakan yang menyeramkan lawan.

Nah, kembali ke paragraf pertama, semua IFV yang dimiliki Tentara Nasional Indonesia ketika ini notabene ialah aset dari satuan kavaleri Korps Marinir Tentara Nasional Indonesia AL. Kodrat Marinir sebagai pasukan pendarat dan pemukul di garda terdepan, memang mengharuskan adanya sista jenis IFV yang ampuh. Sebagai ranpur aset dari korps Marinir Tentara Nasional Indonesia AL, sudah barang tentu BVP-2, BTR-80A, AMX-10P, dan BMP-3F punya kemampuan amfibi.

Lalu bagaimana dengan Tentara Nasional Indonesia AD yang juga punya satuan kavaleri? Memang untuk urusan IFV agak tertinggal, tapi Tentara Nasional Indonesia AD di tahun 2014 dipastikan akan kedatangan IFV pertamanya, yang tiba pun bukan ranpur dari negara ‘kelas dua,’ yang bakal hadir ialah Marder 1A3 buatan Rheinmetall Landsysteme, Jerman. Marder boleh dibilang IFV nomer wahid di kelas NATO, ranpur ini sudah battle proven dalam misi pertempuran di Afghanistan.

Bila ditilik dari segi bobot, maka Marder 1A3 (35 ton) nampak setara dengan IFV andalan US Army, M2 Bradley (30,4 ton). Seperti sudah banyak diberitakan sebelumnya, Tentara Nasional Indonesia AD membeli 50 unit Marder 1A3 bekas pakai AD Jerman, pembelian Marder merupakan potongan dari paket pembelian 103 unit MBT Leopard 2A4/2A6. Menurut jadwal, Marder dan Leopard akan mulai berdatangan pada tahun 2014 dan akan dipamerkan ke publik sebagai alutsista resmi milik Tentara Nasional Indonesia pada HUT Tentara Nasional Indonesia 5 Oktober 2014 lalu.

 Deskripsi Marder 1A3 

undeswehr memang menawarkan nama yang kurang gahar INFO!! Marder 1A3 ‘Si Tupai Pohon’ yang MematikanIFV Marder dibentuk dari chassis yang dirancang khusus pada awal tahun 1960. Bila dirunut dari sejarahnya, desain awal Marder ialah untuk menghadapi ranpur IFV dari negara-negara Eropa Timur ketika berlangsungnya Perang Dingin. Tank ini diciptakan sebagai platform umum kendaraan lapis baja yang efektif tanpa mengesampingkan proteksi dan mobilitas dalam mendukung tank tempur utama yakni Leopard.

Konsep saling perpaduan antara Leopard dan Marder juga diterapkan di lingkungan AD AS. Di Negeri Paman Sam, MBT M1 Abrams juga ‘disandingkan’ dengan M2 Bradley dalam tiap laga pertempuran. Dalam dimensi yang ibarat tapi tentu beda kelas, tank ringan Scorpion Tentara Nasional Indonesia AD juga disandingkan dengan APC Stormer, begitu juga AMX-13 kanon 105/75mm juga harmonis didampingi AMX-13 VCI.

Di lingkungan AD Jerman, Marder dioperasikan sebagai senjata utama Panzergrenadiere (infanteri mekanis) dari tahun 1970-an hingga ketika ini. Varian pertama Marder mulai dikembangkan pada Januari 1960 dan produksi pertamanya diterima oleh militer Jerman pada tanggal 7 Januari 1971. Produksi kendaraan tempur ini terus berlanjut hingga tahun 1975, tidak kurang dari 2.136 unit Marder telah diproduksi. Pada tahun 1975 rudal Milan (rudal anti tank) mulai digunakan pada kendaraan tempur Marder. Tapi ketika itu penembakannya masih secara konvesional. Petugas (komandan tank) muncul dari kubah sambil memanggul peluncur rudal Milan kemudian menembakan rudal tersebut. Lalu antara tahun 1977 dan 1979 peluncur rudal ini mulai dipasang sebagai potongan dari persenjataan Marder.

 Upgrade Marder 

undeswehr memang menawarkan nama yang kurang gahar INFO!! Marder 1A3 ‘Si Tupai Pohon’ yang MematikanProgram upgrade atau modifikasi peningkatan varian 1A3 dimulai pada tahun 1988. Saat itu ada sekitar 2.100 unit Marder 1A1 dan 1A2 yang akan diupgrade oleh militer Jerman. Proyek ini dikerjakan oleh perusahaan Thyssen-Henschel. Tank Marder yang telah diupgrade menjadi varian Marder 1A3 kembali diterima militer Jerman pada tanggal 17 November 1989. Upgrade tersebut mencakup penambahan lapisan baja pelindung hingga seberat 1,6 ton untuk melindungi Marder dari tembakan meriam 2A42 kaliber 30mm dari BMP-2 (BVP-2). Kemudian ada modifikasi pada kanal kompartemen personel infanteri. Suspensi pun ikut diperkuat, sistem pengereman gres dipasang dan gearbox disesuaikan. Sistem pemanas digantikan dengan sistem pemanas berbasis air. Modifikasi juga dilakukan pada kubah kanon. Keseluruhan modifikasi menciptakan Marder mempunyai bobot lebih dari 35 ton. Varian Marder 1A3 inilah yang merupakan varian terbanyak digunakan oleh AD Jerman.

Meski tidak punya kemampuan amfibi, Marder bisa melintasi air hingga kedalaman 1,5 meter. Jika dilengkapi dengan peralatan tambahan, kendaraan tempur ini bisa melintasi air berkedalaman hingga 2,5 meter. Untuk melaju di jalanan aspal, ranpur ini tidak akan merusak jalan, pasalnya Marder memakai roda aktivis yang dipasangi trek Diehl dengan alas karet. Sejak awal kemunculannya hingga ketika ini ada beberapa varian Marder yang telah diproduksi. Meskipun telah dioperasikan dalam jumlah besar selama 40 tahun, Marder gres memperoleh pengalaman tempur sesungguhnya ketika harus melindungi sebuah pos tentara Jerman dari serangan gerilyawan Taliban yang berlokasi di Distrik Chahar Dara, provinsi Kunduz, Afghanistan, pada Juli 2009. Aksi Marder pada pertempuran tersebut telah membunuh dan dan melukai puluhan anggota gerilyawan Taliban. Setelah tragedi itu, tank Marder juga beberapa kali terlibat dalam pertempuran di Timur Tengah.

 Sistem Persenjataan 

undeswehr memang menawarkan nama yang kurang gahar INFO!! Marder 1A3 ‘Si Tupai Pohon’ yang MematikanMarder 1A3 sudah sempat ditampilkan ke khalayak umum pada ajang Indo Defence 2012 di Kemayoran, Jakarta. Versi Marder 1A3 ditampilkan memakai sistem senjata kanon Rheinmetall Rh202 kaliber 20mm dan senapan mesin coaxial MG3 kaliber 7,62 mm dalam satu kubah.

Soal kubah, bentuknya terbilang unik, juru tembak duduk di dasar kubah yang letaknya di dalam kabin pasukan, sehingga potongan yang tampak hanya dudukan untuk sistem kanon. Pola ini tentunya lebih kondusif untuk juru tembak dari serangan sniper. Pola ini sesungguhnya bukan sesuatu yang gres buat TNI, ranpur jenis AMX-10P dan BTR-80 juga memakai contoh kubah model yang mirip.

Meski kaliber kanon-nya kalah dibanding milik BVP-2 Korps Marinir yang 30mm, tapi kanon besutan Rheinmetall ini unggul dalam kecepatan tembak dan akurasi. Kecepatan tembaknya semakin bertambah ketika digunakan sistem dual feed atau pasokan ganda. Sistem bidik kanon Rheinmetall sudah dilengkapi optik yang didukung teleskop infra merah dan kemampuan deteksi thermal. Tentara Nasional Indonesia sesungguhnya juga sudah cukup bersahabat memakai kanon Rheinmetall Rh202 kaliber 20mm. Sista ini sudah digunakan cukup usang untuk memperkuat Yon Arhanud Tentara Nasional Indonesia AD dan beberapa digunakan sebagai senjata penangkis serangan udara di kapal-kapal perang Tentara Nasional Indonesia AL.

 Angkut Personel 

undeswehr memang menawarkan nama yang kurang gahar INFO!! Marder 1A3 ‘Si Tupai Pohon’ yang MematikanDalam hal kemampuan angkut personel, Marder dirancang mengangkut 10 orang, terdiri dari satu NCO (Non Commissioned Officer) sebagai komandan kendaraan regu dan pasukan. Satu NCO sebagai komandan regu, satu pengemudi, satu juru tembak kanon, dua juru tembak sista anti tank, dan empat prajurit infanteri.

Satu diantara empat prajurit tersebut ada yang bertugas sebagau juru tembak senapan mesin kaliber 7,62mm yang menghadap kebelakang, tapi dalam versi Marder 1A3 posisi ini telah dihilangkan sebab dianggap kurang efektif dan menyulitkan pasukan ketika harus keluar.

Bila di AD Jerman Marder ditempatkan sebagai ranpur di satuan infanteri mekanis, bagaimana kira-kira penempatan tank ini di lingkungan Tentara Nasional Indonesia AD? Terlihat agak janggal, secara teori ranpur jenis tank di Indonesia biasa pribadi dipinang sebagai sista kavaleri. Secara kesenjataan, kanon kaliber 20mm untuk definisi internasional memang tidak masuk hitungan sista kavaleri. Tapi lagi-lagi, adopsi kanon kaliber 20mm pun masih jadi barang langka di satuan kavaleri Tentara Nasional Indonesia AD. Kenyataannya ketika ini, Marder sekarang masuk memperkuat armada tempur Korps Baret Hitam (kavaleri) dan batalyon infanteri mekanis (Baret Hijau), khusus di jajaran Kostrad. So, masuknya Marder ke batalyon infanteri mekanis menjadi sebuah lompatan yang sangat jauh dari sisi alutsista, selain diperkuat panser Anoa. (darmaputra/Dispenad)

  TNI AD  

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Info!! Marder 1A3 ‘Si Bajing Pohon’ Yang Mematikan"

Post a Comment