Info!! Menhan Inginkan Pesawat Tanpa Awak Dilengkapi Persenjataan
Drone Rajawali 720
Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menginginkan pesawat terbang tanpa awak (PPTA) atau drone bisa dipakai untuk keperluan tempur, yang dilengkapi senjata dan bom.
"Pesawat terbang tanpa awak yang dibentuk atas kolaborasi Balitbang Kemhan dengan industri pertahanan dalam negeri sudah bagus, dengan jarak tempuh hingga 200 kilometer dan bisa dipakai selama 20 jam. Luar biasa itu," kata Menhan usai menyaksikan uji coba pesawat tanpa awak hasil kolaborasi kementerian pertahan (Kemhan) dan industri pertahanan di Lapangan Terbang Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Ke depan, lanjut Ryamizard, tak terlalu sering menggunakan pesawat yang menggunakan awak alasannya yakni cost relatif mahal, dan penggunaannya pun terbatas. Namun, pesawat tanpa awak bisa dipakai setiap ketika dan relatif lebih murah.
"Kemungkinan kecelakaan sangat kecil. Kalau pun ada kecelakaan tidak ada korban jiwa," katanya.
Pesawat terbang tanpa awak ini nantinya bisa di-update untuk dipasang alat tembak dan bom, serta bisa dipakai siang dan malam hari.
"Ini nggak kalah lagi dengan dari luar. Kemudian akan ditingkatkan terus. Itu jika pakai satelit, jaraknya bisa 500 kilometer," kata mantan Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (Kasad) ini.
Purnawirawan Jenderal bintang empat ini berharap nantinya pesawat tanpa awak sanggup dimaksimalkan untuk menjaga perbatasan, bahkan sanggup dipakai untuk mencegah peredaran narkoba.
"Iya niscaya (akan dimaksimalkan) di perbatasan mau lihat di mana tukang narkoba itu bawa narkoba. Semuanya lah. Curi-curi ikan segala macam. Nanti di kapal angkatan bahari juga ada drone, penanganan bencana, segala macam lah," katanya.
Kendati demikian, tambah dia, pihaknya tetap akan membeli beberapa drone militer dari China guna menambah pengetahuan teknologi mengenai drone.
"Jadi begini. Kita, orang China, orang manapun, beli niscaya ia bedah itu barang untuk dipelajari. Kita juga beli sedikit satu-dua, kemudian kita pelajari untuk menambah kecanggihan itu. Semuanya begitu," jelasnya.
Pesawat yang diujiterbangkan berjulukan Rajawali 720, yang merupakan hasil kolaborasi Balitbang Kemhan dengan PT Bhineka Dwi Persada. PPTA Rajawali 720 termasuk ke dalam kategori Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau juga disebut Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) dan merupakan PPTA bersayap tetap (fixed wing).
PPTA tersebut mempunyai kemampuan terbang Iebih dari 24 jam dengan misi radius jelajah 20 km hingga dengan 1000 km, dan ketinggian jelajah 8000 meter dan kecepatan hingga 135 km/jam (73 knots). PPTA Rajawali 720 tersebut juga bisa tinggal landas dan landing dengan Iandasan yang cukup pendek.
PPTA Rajawali 720 dirancang dengan misi utama sebagai pesawat pengintai, yang dilengkapi dengan sistem gimbal dan kamera yang sanggup mengirimkan hasil pantauan, baik gambar maupun video secara real time ke darat melalui Ground Control Station (GCS).
Sehingga, PPTA Rajawali 720 sanggup menjadi salah satu altematif yang handal dalam melaksanakan pengawasan dalam banyak sekali keperluan, menyerupai melaksanakan pemantauan di kawasan perbatasan, lautan ataupun hutan.
Selain PPTA Rajawali 720, kata Kapuskom Publik Kemhan Brigjen Tentara Nasional Indonesia Totok Sugiharto, juga akan diuji coba beberapa pesawat tanpa awak lainnya, yakni Pesawat Udara Tanpa Awak (Puna) Alap-Alap, Wulung (PT Carita Boat Indonesia), Elang Laut (PT DI), dan Mission System (PT LEN Industri), serta Target Drone (PT Indo Pacific Communication dan Defence), M3LSU03 (PT Mandiri Mitra Muhibbah).
♖ Antara
Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menginginkan pesawat terbang tanpa awak (PPTA) atau drone bisa dipakai untuk keperluan tempur, yang dilengkapi senjata dan bom.
"Pesawat terbang tanpa awak yang dibentuk atas kolaborasi Balitbang Kemhan dengan industri pertahanan dalam negeri sudah bagus, dengan jarak tempuh hingga 200 kilometer dan bisa dipakai selama 20 jam. Luar biasa itu," kata Menhan usai menyaksikan uji coba pesawat tanpa awak hasil kolaborasi kementerian pertahan (Kemhan) dan industri pertahanan di Lapangan Terbang Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Ke depan, lanjut Ryamizard, tak terlalu sering menggunakan pesawat yang menggunakan awak alasannya yakni cost relatif mahal, dan penggunaannya pun terbatas. Namun, pesawat tanpa awak bisa dipakai setiap ketika dan relatif lebih murah.
"Kemungkinan kecelakaan sangat kecil. Kalau pun ada kecelakaan tidak ada korban jiwa," katanya.
Pesawat terbang tanpa awak ini nantinya bisa di-update untuk dipasang alat tembak dan bom, serta bisa dipakai siang dan malam hari.
"Ini nggak kalah lagi dengan dari luar. Kemudian akan ditingkatkan terus. Itu jika pakai satelit, jaraknya bisa 500 kilometer," kata mantan Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (Kasad) ini.
Purnawirawan Jenderal bintang empat ini berharap nantinya pesawat tanpa awak sanggup dimaksimalkan untuk menjaga perbatasan, bahkan sanggup dipakai untuk mencegah peredaran narkoba.
"Iya niscaya (akan dimaksimalkan) di perbatasan mau lihat di mana tukang narkoba itu bawa narkoba. Semuanya lah. Curi-curi ikan segala macam. Nanti di kapal angkatan bahari juga ada drone, penanganan bencana, segala macam lah," katanya.
Kendati demikian, tambah dia, pihaknya tetap akan membeli beberapa drone militer dari China guna menambah pengetahuan teknologi mengenai drone.
"Jadi begini. Kita, orang China, orang manapun, beli niscaya ia bedah itu barang untuk dipelajari. Kita juga beli sedikit satu-dua, kemudian kita pelajari untuk menambah kecanggihan itu. Semuanya begitu," jelasnya.
Pesawat yang diujiterbangkan berjulukan Rajawali 720, yang merupakan hasil kolaborasi Balitbang Kemhan dengan PT Bhineka Dwi Persada. PPTA Rajawali 720 termasuk ke dalam kategori Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau juga disebut Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) dan merupakan PPTA bersayap tetap (fixed wing).
PPTA tersebut mempunyai kemampuan terbang Iebih dari 24 jam dengan misi radius jelajah 20 km hingga dengan 1000 km, dan ketinggian jelajah 8000 meter dan kecepatan hingga 135 km/jam (73 knots). PPTA Rajawali 720 tersebut juga bisa tinggal landas dan landing dengan Iandasan yang cukup pendek.
PPTA Rajawali 720 dirancang dengan misi utama sebagai pesawat pengintai, yang dilengkapi dengan sistem gimbal dan kamera yang sanggup mengirimkan hasil pantauan, baik gambar maupun video secara real time ke darat melalui Ground Control Station (GCS).
Sehingga, PPTA Rajawali 720 sanggup menjadi salah satu altematif yang handal dalam melaksanakan pengawasan dalam banyak sekali keperluan, menyerupai melaksanakan pemantauan di kawasan perbatasan, lautan ataupun hutan.
Selain PPTA Rajawali 720, kata Kapuskom Publik Kemhan Brigjen Tentara Nasional Indonesia Totok Sugiharto, juga akan diuji coba beberapa pesawat tanpa awak lainnya, yakni Pesawat Udara Tanpa Awak (Puna) Alap-Alap, Wulung (PT Carita Boat Indonesia), Elang Laut (PT DI), dan Mission System (PT LEN Industri), serta Target Drone (PT Indo Pacific Communication dan Defence), M3LSU03 (PT Mandiri Mitra Muhibbah).
♖ Antara
0 Response to "Info!! Menhan Inginkan Pesawat Tanpa Awak Dilengkapi Persenjataan"
Post a Comment