Info!! [Dunia] Rusia Ancam Balas Dendam
Sebut Tindakan Israel sebagai MusuhJet Israel sengaja menimbulkan pesawat Il-20 Rusia sebagai tameng dan sasaran sistem pertahanan rudal S-200 Suriah. [Foto/Istimewa] ●
Militer Moskow menyebut tindakan Israel sebagai sikap bermusuhan dalam kejadian jatuhnya pesawat pengintai Il-20 Rusia oleh sistem rudal pertahanan S-200 Suriah. Pesawat dengan 15 awak itu jatuh dikala sistem pertahanan Suriah merespons serangan empat jet tempur Tel Aviv di Latakia pada Senin malam.
Ke-15 tentara Moskow di dalam pesawat itu dipastikan tewas. Moskow mengancam akan membalas dendam atas tindakan Israel.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, Tel Aviv sepenuhnya menjadi pihak yang bertanggung jawab atas kejadian itu. Alasannya, pada dikala kejadian itu, jet-jet tempur F-16 Israel sedang melaksanakan serangan udara ke target-target di Latakia dan hanya memberi peringatan satu menit kepada Moskow. Hal itu menempatkan pesawat Rusia dalam bahaya, yakni terperangkap dalam baku-tembak.
"Kami melihat tindakan militer Israel sebagai musuh," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov kepada stasiun televisi pemerintah Rusia, yang dilansir Reuters, Rabu (19/9/2018). "Akibat tindakan militer Israel yang tidak bertanggung jawab, 15 personel layanan (militer) Rusia tewas."
Menurut kementerian itu, jet tempur F-16 Israel yang melaksanakan serangan udara memakai pesawat Rusia sebagai tameng untuk memungkinkan mereka mendekati sasaran mereka di darat tanpa terkena tembakan sistem anti-pesawat Suriah.
"Bersembunyi di belakang pesawat Rusia, pilot Israel meletakkannya di garis tembak sistem anti-pesawat Suriah. Akibatnya, Il-20...ditembak jatuh oleh sistem rudal S-200 (Suriah)," kata Konashenkov.
"Pilot Israel mustahil gagal melihat pesawat Rusia, sebab itu tiba ke darat dari ketinggian 5 km. Namun demikian, mereka sengaja melaksanakan provokasi ini," kata Konashenkov.
Moskow mengancam akan membalas dendam atas tindakan Israel. "Ini benar-benar tidak sesuai dengan semangat kemitraan Rusia-Israel," ujar Konashenkov.
"Kami berhak untuk mengambil langkah-langkah sepadan dalam menanggapi," imbuh beliau tanpa merinci langkah-langkah dari balas dendam tersebut.
Sedangkan Presiden Vladimir Putin mencoba meredam ketegangan antara Moskow dan Tel Aviv terkait kejadian di Suriah. "Saya mellihatanya paling mungkin dalam masalah ini bahwa itu ialah rantai kejadian kebetulan yang tragis, sebab pesawat Israel tidak menembak jatuh pesawat kami. Tapi, tanpa keraguan kami harus benar-benar (melihat) hingga ke dasar dari apa yang terjadi," kata Putin kepada wartawan.
Putin menyampaikan jawaban Moskow akan bertujuan untuk mengamankan keselamatan personel militer Rusia dalam perang sipil yang kompleks di Suriah, di mana banyak sekali kekuatan abnormal telah mendukung pihak yang berseberangan.
"Adapun langkah-langkah balas dendam, itu akan ditujukan pertama dan terutama untuk lebih menjamin keselamatan personel militer dan akomodasi kami di Suriah. Dan ini akan menjadi langkah-langkah yang akan diperhatikan semua orang," kata Putin.
Jet Israel Jadikan Pesawat Rusia Tameng dan Target Rudal Suriah
Militer Rusia menyampaikan serangan Israel terhadap Suriah memicu serangkaian kejadian yang mengakibatkan pesawat Il-20 ditembak jatuh oleh rudal Suriah. Moskow berhak untuk menanggapi hal itu.
"Pada Senin malam, empat jet tempur F-16 Israel menyerang sasaran di Latakia, Suriah, sesudah mendekat dari Mediterania," suara pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia.
"Pesawat-pesawat tempur Israel mendekat pada ketinggian rendah dan membuat situasi berbahaya untuk pesawat dan kapal lain di wilayah ini," terangnya.
Militer Rusia juga menyampaikan bahwa kapal frigat Auvergne Prancis serta pesawat Il-20 Rusia berada di kawasan itu selama operasi Israel.
“Para pilot Israel memakai pesawat Rusia sebagai tameng dan membuatnya sebagai sasaran pasukan pertahanan udara Suriah. Sebagai akibatnya, Il-20, yang mempunyai penampang radar jauh lebih besar daripada F-16, ditembak jatuh oleh sistem rudal S-200,” terang pernyataan itu, menambahkan bahwa 15 anggota militer Rusia telah meninggal sebagai hasilnya mirip dikutip dari Russia Today, Rabu (19/9/2018).
Kementerian Rusia menyampaikan Israel niscaya tahu bahwa pesawat Rusia ada di kawasan itu, tetapi ini tidak menghentikan mereka mengeksekusi tindakan "provokasi" tersebut. Israel juga gagal memperingatkan Rusia perihal operasi yang direncanakan sebelumnya.
"Peringatan itu tiba hanya satu menit sebelum serangan dimulai, yang tidak meninggalkan waktu untuk memindahkan pesawat Rusia ke area aman," suara pernyataan itu.
Pernyataan itu memberikan korban tewas yang lebih besar daripada laporan sebelumnya oleh militer Rusia, yang menyampaikan ada 14 anggota awak di pesawat Il-20 yang hilang. Dikatakan operasi pencarian dan evakuasi untuk pesawat yang ditembak jatuh sedang berlangsung.
Pembaruan lalu menyampaikan puing-puing dari pesawat yang jatuh ditemukan sekitar 27 km di lepas pantai Latakia. Tim pencari mengumpulkan beberapa pecahan tubuh, milik pribadi kru, dan potongan-potongan pesawat.
Menanggapi tuduhan Rusia, Angkatan Pertahanan Israel menegaskan bahwa mereka telah melaksanakan misi pemboman di Latakia. Dikatakan bahwa serangan ini menargetkan apa yang diklaim sebagai pengiriman peralatan manufaktur senjata yang ditujukan untuk Hizbullah atas nama Iran.
Pernyataan IDF menyampaikan bahwa pihaknya berduka atas janjkematian pasukan Rusia, tetapi menambahkan bahwa tanggung jawab atas kerugian mereka terletak pada Suriah dan sekutu Iran serta Libanonnya. (ian)
Pesawat Rusia Ditembak Jatuh S-200 Suriah
Sistem rudal pertahanan S-200 Suriah. [Foto/REUTERS]
Insiden penembakan pesawat pengintai Il-20 militer Rusia oleh sistem rudal pertahanan S-200 Suriah menyerupai senjata makan tuan. Pasalnya, baik sistem pertahanan maupun pesawat yang dihantam sama-sama buatan Soviet, negara yang sekarang menjadi Rusia.
Seperti diberitakan sebelumnya, pesawat pengintai Il-20 militer Moskow ditembak jatuh oleh sistem rudal pertahanan Damaskus dikala sistem rudal itu merespons serangan empat jet tempur F-16 Israel di Latakia pada Senin (17/9/2018) malam. Sebanyak 15 tentara yang ada di dalam pesawat Il-20 tewas.
Kementerian Pertahanan Rusia tidak menyalahkan militer Damaskus dan menganggap kejadian itu sebagai "friendly fire" atau "tembakan bersahabat". Sebaliknya, militer Tel Aviv yang disalahkan.
"Kami melihat tindakan militer Israel sebagai musuh," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov kepada stasiun televisi pemerintah Rusia. "Akibat tindakan militer Israel yang tidak bertanggung jawab, 15 personel layanan (militer) Rusia tewas."
Pesawat Ilyushin Il-20M ialah pesawat Il-18D yang dimodifikasi untuk penggunaan militer dan diproduksi antara 1969 dan 1976. Dijuluki "Coot" oleh NATO, Il-20M didukung oleh empat mesin turboprop dan mempunyai kecepatan maksimum 373 mil per jam.
Pesawat ini mempunyai radar yang tampak samping, kamera pengintai video, dan sistem pengumpulan intelijen elektronik Romb-4. Ini juga mempunyai sistem analisis radar Kvadrat-2 dan sistem sinyal intelijen Vishnya untuk memantau transmisi radio.
Pesawat Il-20M tidak mempunyai fitur proteksi diri untuk melindunginya dari rudal yang mengarah kepadanya.
Pesawat Il-20M terbang di atas Mediterania timur pada dikala serangan itu terjadi. Mengingat kemampuannya, kemungkinan Coot sedang melaksanakan pengawasan terhadap kapal perang NATO di kawasan tersebut memakai sistem Kvadrat-2 untuk mengambil emisi radar untuk analisis. Kemungkinan lain, pesawat itu mencoba untuk mengambil transmisi radio di antara kapal-kapal armada NATO.
Sedangkan sistem rudal pertahanan S-200 dinamai SA-5 "Gammon" oleh NATO. Senjata pertahanan ini dirancang pada tahun 1960 untuk mempertahankan area besar dari serangan pesawat pembom strategis.
Sistem rudal suraface-to-air S-200 diandalkan untuk pertahanan instalasi administratif, industri dan militer yang paling penting dari semua jenis serangan udara. S-200 juga diandalkan untuk mengalahkan pesawat modern dan canggih hingga untuk pembuatan jamming pesawat musuh. S-200 diklaim bisa beroperasi di segala cuaca dan banyak sekali iklim.
Pada 1966, S-200 secara resmi masuk layanan militer untuk menggantikan sistem anti rudal balistik RZ-25/5V11 Dal.
Resimen operasional S-200 pertama dikerahkan pada tahun 1966 dengan 18 situs dan 342 peluncur beroperasi pada final tahun tersebut. Di Suriah, sistem ini jadi andalan dikala daerahnya diserang banyak sekali militer, termasuk militer Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Israel.
Israel Tawarkan Bantuan Penyelidikan
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa pasukan Suriah harus disalahkan atas jatuhnya pesawat militer Moskow di lepas pantai Suriah. Pihaknya menunjukkan derma untuk penyelidikan terkait kejadian itu.
Pesawat pengintai Il-20 militer Rusia ditembak jatuh sistem rudal pertahanan S-200 Suriah dikala sistem pertahanan itu merespons serangan empat jet tempur F-16 Israel di Latakia pada Senin (17/9/2018) malam.
Militer Moskow menyalahkan militer Tel Aviv atas kejadian yang menewaskan 15 tentara Rusia yang ada di pesawat Il-20. Menurut militer Moskow, pilot Israel memangsakan pesawat Il-20 kepada sistem rudal S-200 Suriah.
Namun, Putin mencoba meredam ketegangan antara Moskow dan Tel Aviv. Dia menyampaikan penembakan pesawat tersebut ialah hasil dari rantai kejadian kebetulan yang tragis. Namun, pihaknya perlu melihat lebih jauh ke dalam apa yang bahwasanya terjadi.
"Perdana menteri menyatakan penyesalan atas nama negara Israel atas janjkematian tentara Rusia dan menyampaikan tanggung jawab untuk menjatuhkan pesawat itu ditempatkan pada Suriah," suara pernyataan kantor Netanyahu tak usang sesudah percakapan telepon antara Netanyahu dengan Putin.
Netanyahu menekankan pentingnya koordinasi pertahanan dengan militer Rusia yang telah berhasil mencegah banyak kerugian di kedua belah pihak dalam tiga tahun terakhir selama perang sipil Suriah berkecamuk. Perang sipil di negara Bashar al-Assad itu sangat kompleks, di mana banyak kekuatan abnormal mendukung kekuatan yang saling berlawanan di Suriah.
Sejak melaksanakan intervensi militer di Suriah pada tahun 2015, Rusia kerap menutup mata terhadap serangan Tel Aviv di Suriah yang diklaim menargetkan aset-aset militer Iran. Para pejabat Israel menyampaikan militer Tel Aviv Israel telah melaksanakan sekitar 200 serangan di Suriah dengan sasaran posisi militer Iran dan Hizbullah Lebanon.
"Netanyahu menunjukkan pengiriman komandan Angkatan Udara Israel ke Moskow untuk memberikan semua rincian yang dibutuhkan guna penyelidikan," lanjut pernyataan kantor Netanyahu, mirip dikutip Reuters, Rabu (19/9/2018).
"Israel bertekad untuk menghentikan pemberontakan militer Iran di Suriah dan upaya untuk mentransfer senjata mematikan ke (faksi yang didukung Iran) Hizbullah untuk melawan Israel," imbuh pernyataan kantor Netanyahu.
Pernyataan kantor Netanyahu dikeluarkan ketika sirene terdengar di seluruh Israel untuk menandai dimulainya hari keagamaan Yom Kippur. Selama ritual keagamaan itu berlangsung, siaran radio dan televisi dan semua transportasi berhenti selama 24 jam. (mas)
Militer Moskow menyebut tindakan Israel sebagai sikap bermusuhan dalam kejadian jatuhnya pesawat pengintai Il-20 Rusia oleh sistem rudal pertahanan S-200 Suriah. Pesawat dengan 15 awak itu jatuh dikala sistem pertahanan Suriah merespons serangan empat jet tempur Tel Aviv di Latakia pada Senin malam.
Ke-15 tentara Moskow di dalam pesawat itu dipastikan tewas. Moskow mengancam akan membalas dendam atas tindakan Israel.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, Tel Aviv sepenuhnya menjadi pihak yang bertanggung jawab atas kejadian itu. Alasannya, pada dikala kejadian itu, jet-jet tempur F-16 Israel sedang melaksanakan serangan udara ke target-target di Latakia dan hanya memberi peringatan satu menit kepada Moskow. Hal itu menempatkan pesawat Rusia dalam bahaya, yakni terperangkap dalam baku-tembak.
"Kami melihat tindakan militer Israel sebagai musuh," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov kepada stasiun televisi pemerintah Rusia, yang dilansir Reuters, Rabu (19/9/2018). "Akibat tindakan militer Israel yang tidak bertanggung jawab, 15 personel layanan (militer) Rusia tewas."
Menurut kementerian itu, jet tempur F-16 Israel yang melaksanakan serangan udara memakai pesawat Rusia sebagai tameng untuk memungkinkan mereka mendekati sasaran mereka di darat tanpa terkena tembakan sistem anti-pesawat Suriah.
"Bersembunyi di belakang pesawat Rusia, pilot Israel meletakkannya di garis tembak sistem anti-pesawat Suriah. Akibatnya, Il-20...ditembak jatuh oleh sistem rudal S-200 (Suriah)," kata Konashenkov.
"Pilot Israel mustahil gagal melihat pesawat Rusia, sebab itu tiba ke darat dari ketinggian 5 km. Namun demikian, mereka sengaja melaksanakan provokasi ini," kata Konashenkov.
Moskow mengancam akan membalas dendam atas tindakan Israel. "Ini benar-benar tidak sesuai dengan semangat kemitraan Rusia-Israel," ujar Konashenkov.
"Kami berhak untuk mengambil langkah-langkah sepadan dalam menanggapi," imbuh beliau tanpa merinci langkah-langkah dari balas dendam tersebut.
Sedangkan Presiden Vladimir Putin mencoba meredam ketegangan antara Moskow dan Tel Aviv terkait kejadian di Suriah. "Saya mellihatanya paling mungkin dalam masalah ini bahwa itu ialah rantai kejadian kebetulan yang tragis, sebab pesawat Israel tidak menembak jatuh pesawat kami. Tapi, tanpa keraguan kami harus benar-benar (melihat) hingga ke dasar dari apa yang terjadi," kata Putin kepada wartawan.
Putin menyampaikan jawaban Moskow akan bertujuan untuk mengamankan keselamatan personel militer Rusia dalam perang sipil yang kompleks di Suriah, di mana banyak sekali kekuatan abnormal telah mendukung pihak yang berseberangan.
"Adapun langkah-langkah balas dendam, itu akan ditujukan pertama dan terutama untuk lebih menjamin keselamatan personel militer dan akomodasi kami di Suriah. Dan ini akan menjadi langkah-langkah yang akan diperhatikan semua orang," kata Putin.
Jet Israel Jadikan Pesawat Rusia Tameng dan Target Rudal Suriah
Militer Rusia menyampaikan serangan Israel terhadap Suriah memicu serangkaian kejadian yang mengakibatkan pesawat Il-20 ditembak jatuh oleh rudal Suriah. Moskow berhak untuk menanggapi hal itu.
"Pada Senin malam, empat jet tempur F-16 Israel menyerang sasaran di Latakia, Suriah, sesudah mendekat dari Mediterania," suara pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia.
"Pesawat-pesawat tempur Israel mendekat pada ketinggian rendah dan membuat situasi berbahaya untuk pesawat dan kapal lain di wilayah ini," terangnya.
Militer Rusia juga menyampaikan bahwa kapal frigat Auvergne Prancis serta pesawat Il-20 Rusia berada di kawasan itu selama operasi Israel.
“Para pilot Israel memakai pesawat Rusia sebagai tameng dan membuatnya sebagai sasaran pasukan pertahanan udara Suriah. Sebagai akibatnya, Il-20, yang mempunyai penampang radar jauh lebih besar daripada F-16, ditembak jatuh oleh sistem rudal S-200,” terang pernyataan itu, menambahkan bahwa 15 anggota militer Rusia telah meninggal sebagai hasilnya mirip dikutip dari Russia Today, Rabu (19/9/2018).
Kementerian Rusia menyampaikan Israel niscaya tahu bahwa pesawat Rusia ada di kawasan itu, tetapi ini tidak menghentikan mereka mengeksekusi tindakan "provokasi" tersebut. Israel juga gagal memperingatkan Rusia perihal operasi yang direncanakan sebelumnya.
"Peringatan itu tiba hanya satu menit sebelum serangan dimulai, yang tidak meninggalkan waktu untuk memindahkan pesawat Rusia ke area aman," suara pernyataan itu.
Pernyataan itu memberikan korban tewas yang lebih besar daripada laporan sebelumnya oleh militer Rusia, yang menyampaikan ada 14 anggota awak di pesawat Il-20 yang hilang. Dikatakan operasi pencarian dan evakuasi untuk pesawat yang ditembak jatuh sedang berlangsung.
Pembaruan lalu menyampaikan puing-puing dari pesawat yang jatuh ditemukan sekitar 27 km di lepas pantai Latakia. Tim pencari mengumpulkan beberapa pecahan tubuh, milik pribadi kru, dan potongan-potongan pesawat.
Menanggapi tuduhan Rusia, Angkatan Pertahanan Israel menegaskan bahwa mereka telah melaksanakan misi pemboman di Latakia. Dikatakan bahwa serangan ini menargetkan apa yang diklaim sebagai pengiriman peralatan manufaktur senjata yang ditujukan untuk Hizbullah atas nama Iran.
Pernyataan IDF menyampaikan bahwa pihaknya berduka atas janjkematian pasukan Rusia, tetapi menambahkan bahwa tanggung jawab atas kerugian mereka terletak pada Suriah dan sekutu Iran serta Libanonnya. (ian)
Pesawat Rusia Ditembak Jatuh S-200 Suriah
Sistem rudal pertahanan S-200 Suriah. [Foto/REUTERS]
Insiden penembakan pesawat pengintai Il-20 militer Rusia oleh sistem rudal pertahanan S-200 Suriah menyerupai senjata makan tuan. Pasalnya, baik sistem pertahanan maupun pesawat yang dihantam sama-sama buatan Soviet, negara yang sekarang menjadi Rusia.
Seperti diberitakan sebelumnya, pesawat pengintai Il-20 militer Moskow ditembak jatuh oleh sistem rudal pertahanan Damaskus dikala sistem rudal itu merespons serangan empat jet tempur F-16 Israel di Latakia pada Senin (17/9/2018) malam. Sebanyak 15 tentara yang ada di dalam pesawat Il-20 tewas.
Kementerian Pertahanan Rusia tidak menyalahkan militer Damaskus dan menganggap kejadian itu sebagai "friendly fire" atau "tembakan bersahabat". Sebaliknya, militer Tel Aviv yang disalahkan.
"Kami melihat tindakan militer Israel sebagai musuh," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov kepada stasiun televisi pemerintah Rusia. "Akibat tindakan militer Israel yang tidak bertanggung jawab, 15 personel layanan (militer) Rusia tewas."
Pesawat Ilyushin Il-20M ialah pesawat Il-18D yang dimodifikasi untuk penggunaan militer dan diproduksi antara 1969 dan 1976. Dijuluki "Coot" oleh NATO, Il-20M didukung oleh empat mesin turboprop dan mempunyai kecepatan maksimum 373 mil per jam.
Pesawat ini mempunyai radar yang tampak samping, kamera pengintai video, dan sistem pengumpulan intelijen elektronik Romb-4. Ini juga mempunyai sistem analisis radar Kvadrat-2 dan sistem sinyal intelijen Vishnya untuk memantau transmisi radio.
Pesawat Il-20M tidak mempunyai fitur proteksi diri untuk melindunginya dari rudal yang mengarah kepadanya.
Pesawat Il-20M terbang di atas Mediterania timur pada dikala serangan itu terjadi. Mengingat kemampuannya, kemungkinan Coot sedang melaksanakan pengawasan terhadap kapal perang NATO di kawasan tersebut memakai sistem Kvadrat-2 untuk mengambil emisi radar untuk analisis. Kemungkinan lain, pesawat itu mencoba untuk mengambil transmisi radio di antara kapal-kapal armada NATO.
Sedangkan sistem rudal pertahanan S-200 dinamai SA-5 "Gammon" oleh NATO. Senjata pertahanan ini dirancang pada tahun 1960 untuk mempertahankan area besar dari serangan pesawat pembom strategis.
Sistem rudal suraface-to-air S-200 diandalkan untuk pertahanan instalasi administratif, industri dan militer yang paling penting dari semua jenis serangan udara. S-200 juga diandalkan untuk mengalahkan pesawat modern dan canggih hingga untuk pembuatan jamming pesawat musuh. S-200 diklaim bisa beroperasi di segala cuaca dan banyak sekali iklim.
Pada 1966, S-200 secara resmi masuk layanan militer untuk menggantikan sistem anti rudal balistik RZ-25/5V11 Dal.
Resimen operasional S-200 pertama dikerahkan pada tahun 1966 dengan 18 situs dan 342 peluncur beroperasi pada final tahun tersebut. Di Suriah, sistem ini jadi andalan dikala daerahnya diserang banyak sekali militer, termasuk militer Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Israel.
Israel Tawarkan Bantuan Penyelidikan
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa pasukan Suriah harus disalahkan atas jatuhnya pesawat militer Moskow di lepas pantai Suriah. Pihaknya menunjukkan derma untuk penyelidikan terkait kejadian itu.
Pesawat pengintai Il-20 militer Rusia ditembak jatuh sistem rudal pertahanan S-200 Suriah dikala sistem pertahanan itu merespons serangan empat jet tempur F-16 Israel di Latakia pada Senin (17/9/2018) malam.
Militer Moskow menyalahkan militer Tel Aviv atas kejadian yang menewaskan 15 tentara Rusia yang ada di pesawat Il-20. Menurut militer Moskow, pilot Israel memangsakan pesawat Il-20 kepada sistem rudal S-200 Suriah.
Namun, Putin mencoba meredam ketegangan antara Moskow dan Tel Aviv. Dia menyampaikan penembakan pesawat tersebut ialah hasil dari rantai kejadian kebetulan yang tragis. Namun, pihaknya perlu melihat lebih jauh ke dalam apa yang bahwasanya terjadi.
"Perdana menteri menyatakan penyesalan atas nama negara Israel atas janjkematian tentara Rusia dan menyampaikan tanggung jawab untuk menjatuhkan pesawat itu ditempatkan pada Suriah," suara pernyataan kantor Netanyahu tak usang sesudah percakapan telepon antara Netanyahu dengan Putin.
Netanyahu menekankan pentingnya koordinasi pertahanan dengan militer Rusia yang telah berhasil mencegah banyak kerugian di kedua belah pihak dalam tiga tahun terakhir selama perang sipil Suriah berkecamuk. Perang sipil di negara Bashar al-Assad itu sangat kompleks, di mana banyak kekuatan abnormal mendukung kekuatan yang saling berlawanan di Suriah.
Sejak melaksanakan intervensi militer di Suriah pada tahun 2015, Rusia kerap menutup mata terhadap serangan Tel Aviv di Suriah yang diklaim menargetkan aset-aset militer Iran. Para pejabat Israel menyampaikan militer Tel Aviv Israel telah melaksanakan sekitar 200 serangan di Suriah dengan sasaran posisi militer Iran dan Hizbullah Lebanon.
"Netanyahu menunjukkan pengiriman komandan Angkatan Udara Israel ke Moskow untuk memberikan semua rincian yang dibutuhkan guna penyelidikan," lanjut pernyataan kantor Netanyahu, mirip dikutip Reuters, Rabu (19/9/2018).
"Israel bertekad untuk menghentikan pemberontakan militer Iran di Suriah dan upaya untuk mentransfer senjata mematikan ke (faksi yang didukung Iran) Hizbullah untuk melawan Israel," imbuh pernyataan kantor Netanyahu.
Pernyataan kantor Netanyahu dikeluarkan ketika sirene terdengar di seluruh Israel untuk menandai dimulainya hari keagamaan Yom Kippur. Selama ritual keagamaan itu berlangsung, siaran radio dan televisi dan semua transportasi berhenti selama 24 jam. (mas)
0 Response to "Info!! [Dunia] Rusia Ancam Balas Dendam"
Post a Comment