Info!! Terima Kasih Laksamana Tni Ade Supandi
... Dalam masa hening ibarat kini kami tetap terlatih semoga selalu siap ketika menghadapi perang...Laksamana Tentara Nasional Indonesia Ade Supandi. Kepala staf Tentara Nasional Indonesia AL periode 31 Desember 2014-23 Mei 2018. (RMOL) ●
Hari itu, Jumat 26 Januari 2018, Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia AL, Laksamana Tentara Nasional Indonesia Ade Supandi, memberikan kepada pers hasil Rapat Pimpinan Tentara Nasional Indonesia AL Tahun 2018 di Markas Besar Tentara Nasional Indonesia AL, di Cilangkap, Jakarta Timur. Selain memberikan hasil-hasil rapim dan menyebut rapim kali itu merupakan lembaga terakhir baginya selaku pemegang nakhoda Tentara Nasional Indonesia AL, pejabat ke-25 di pimpinan puncak Tentara Nasional Indonesia AL itu menghadirkan lima perwira tinggi AL yang disebut sebagai calon penggantinya.
Kelima calon pengantinya itu ialah Wakil KSAL Laksamana Madya Tentara Nasional Indonesia Achmad Taufiqoerrochman, Kepala Staf Umum (Kasum) Tentara Nasional Indonesia Laksamana Madya Tentara Nasional Indonesia Didit Herdiawan Ashaf, Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Laksamana Madya Tentara Nasional Indonesia Arie Soedewo, Komandan Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia Letnan Jenderal Tentara Nasional Indonesia (Marinir) RM Trusono, dan Komandan Jenderal Akademi Tentara Nasional Indonesia Laksamana Madya Tentara Nasional Indonesia Siwi Sukma Adji.
Ini merupakan hal yang gres tatkala seorang petinggi militer yang akan berakhir masa jabatannya, memperkenalkan sejumlah calon penggantinya. "Calon pengganti saya ada di belakang saya, bintang tiga," kata Supandi, yang dikenal memang suka bercanda walau juga sanggup menjadi sangat serius itu. Kelima perwira tinggi di belakang ia --saat itu-- rahasia saja, tidak memberikan verbal yang cukup berbeda ketimbang sebelum kalimat itu ia ucapkan.
Sebelumnya, hal yang gres juga terjadi pada Rabu, 6 Desember 2017. Bertempat di Gedung Parlemen, Jakarta, Panglima Tentara Nasional Indonesia kala itu, Jenderal Tentara Nasional Indonesia Gatot Nurmantyo bersama KSAL Ade Supandi, KSAD Jenderal Mulyono, beserta sejumlah pimpinan Tentara Nasional Indonesia lainnya, beberapa ketika mengantarkan KSAU Marsekal Hadi Tjahjanto sebelum KSAU menjalani uji kelayakan dan kepatutan sebagai calon tunggal panglima Tentara Nasional Indonesia di depan Komisi I DPR.
Sejak dilantik oleh Presiden Joko Widodo pada 31 Desember 2014, atau sekitar dua bulan semenjak pemerintahan Jokowi dan Jusuf Kalla resmi memimpin Indonesia pada 20 Oktober 2014, Supandi membawa hal-hal gres yang terjadi di lingkungan Tentara Nasional Indonesia AL.
Dalam 2014, ia menjabat tiga jabatan penting, yakni ajudan perencanaan dan anggara kepala staf Tentara Nasional Indonesia AL (sejak 2012 sampai Mei 2014), kepala staf umum panglima Tentara Nasional Indonesia (Mei-Desember 2014), dan kepala staf Tentara Nasional Indonesia AL (sejak 31 Desember 2014, menggantikan Laksamana Tentara Nasional Indonesia Marsetio) sampai 23 Mei 2018. Tentang ini, Marsetio, beberapa bulan sebelumnya juga tidak pernah menyatakan secara persis siapa perwira tinggi calon penggantinya. Supandi akan memasuki masa pensiun pada Juni mendatang.
Nakhoda Tentara Nasional Indonesia AL kini dikendalikan Laksamana Tentara Nasional Indonesia Siwi Sukma Adji, salah satu dari lima orang yang diperkenalkan Supandi sebagai calon penggantinya.
Poros Maritim sampai Kapal Selam
Supandi yang merupakan lulusan Akademi Angkatan Laut angkatan 28/1983, menjabat di pucuk pimpinan Tentara Nasional Indonesia AL menggantikan Marsetio, yang sukses dalam pengendalian operasi lapangan di medan penugasan Ambalat, Kalimantan Timur. Upacara serah terima jabatan itu berlangsung di Dermaga Madura, Komando Armada Indonesia Kawasan Barat (kini Komando Armada I), Ujung, Surabaya, pada 6 Januari 2015.
Panglima Tentara Nasional Indonesia (saat itu), Jenderal Tentara Nasional Indonesia Moeldoko, menilai Tentara Nasional Indonesia AL sangat memilih pengembangan Indonesia sebagai poros maritim dunia, yang dicanangkan pemerintahan Jokowi-Kalla. Kepemimpinan Supandi ketika itu diharapkan membangun kekuatan Tentara Nasional Indonesia AL yang hebat, untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, apalagi industri dalam negeri, sebagaimana dimiliki PT PAL, sangat mendukung hal itu.
Kepemimpinan Marsetio sebelumnya telah membawa Tentara Nasional Indonesia AL sebagai World Class Navy atau angkatan maritim berkelas dunia. Visinya ini ia terjemahkan sedemikian rupa, mulai dari menggelar simposium kemaritiman berskala dunia, latihan bersama juga dalam skala global, sampai menyekolahkan banyak perwira Tentara Nasional Indonesia AL ke manca negara.
Sebagaimana diarahkan Moeldoko ketika itu, Supandi diminta melaksanakan percepatan dan pengembangan kemampuan sistem kesenjataan dan arsenal Tentara Nasional Indonesia AL. Terbukti, Supandi yang menjalani amanah sebagai kepala staf Tentara Nasional Indonesia AL dalam kepemimpinan tiga panglima TNI, dari kurun Moeldoko, Jenderal Tentara Nasional Indonesia Gatot Nurmantyo, dan Marsekal Tentara Nasional Indonesia Hadi Tjahjanto, bisa melaksanakan percepatan pengembangan sistem kesenjataan dan arsenal Tentara Nasional Indonesia AL.
Istilah alat utama sistem kesenjataan (alutsista) yang sering disebut dan dikenal hanyalah satu pranata dari sekian banyak subsistem kesenjataan dan arsenal yang diharapkan militer dalam melaksanakan tugasnya. Khusus untuk Tentara Nasional Indonesia AL, kepercayaan pelatihan dan penggelaran-proyeksi kekuatan mereka ialah Sistem Senjata Armada Terpadu yang terus dipermodern dan diperkuat.
Supandi diganti secara resmi dari jabatan kepala staf Tentara Nasional Indonesia AL, pada tiga hari sebelum sempurna berusia 58 tahun. Pria kelahiran Batujajar, Bandung, pada 26 Mei 1960, ini merupakan kepala staf Tentara Nasional Indonesia AL kedua yang berasal dari tatar Sunda sehabis Laksamana Tentara Nasional Indonesia RE Martadinata. Sementara Adji yang lahir di Kota Cimahi, 14 Mei 1962, menjadi orang ketiga asal Jawa Barat di posisi itu. Entah kebetulan atau tidak, Wakil Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia AL, Laksamana Madya Tentara Nasional Indonesia Achmad Taufiqoerrochman, juga berasal dari Jawa Barat, yaitu Sukabumi, dan sama-sama alumnus angkatan 30/1985 di Akademi Tentara Nasional Indonesia AL.
Sejak lulus dari SDN Galanggang III pada 1972, Sekolah Menengah Pertama Negeri Batujajar (1975), dan Sekolah Menengan Atas Negeri Cimahi (1979), kecintaannya pada Tentara Nasional Indonesia AL telah mengarahkan Supandi sampai berhasil lulus dari Akademi Tentara Nasional Indonesia AL di Bumimoro, Surabaya, pada 1983.
Sejak lulus dari sana, ia menjalani penugasan di aneka macam kapal perang di jajaran Komando Armada Indonesia Kawasan Timur sampai 1996.
Suami dari Endah Esti Hartaningsih dan ayah dari dua anak, drg Anindita Rivylarasati dan perwira Tentara Nasional Indonesia AL Andaru Dhimas Nugraha Vidianto yang mengikuti jejak sang ayah sebagai perwira Tentara Nasional Indonesia AL.
Di Batujajar pula pada 15 Februari kemudian Supandi mendapatkan penyematan Brevet Komando Kehormatan Kopassus Tentara Nasional Indonesia AD dari Komandan Jenderal Kopassus Tentara Nasional Indonesia AD, Mayor Jenderal Tentara Nasional Indonesia Madsuni, di Markas Komando Pusat Pendidikan dan Latihan Kopassus Tentara Nasional Indonesia AD, di Batujajar, Bandung.
Saat ia memimpin Tentara Nasional Indonesia AL, Supandi menargetkan Tentara Nasional Indonesia AL bisa mempunyai 20 kapal cepat berpeluru kendali kelas 60 meter buatan dalam negeri sampai 2024 untuk memperkuat alutsista nasional sesuai sasaran kekuatan pokok minimum. Keberadaan kapal perang di kelas ini dibutuhkan alasannya ialah mempunyai kekuatan tempur yang sesuai dengan abjad perairan Indonesia, yang bertaburan pulau-pulau dengan kedangkalan di tingkat lithoral.
Karakter kapal perang di kelas ini bisa bergerak cepat dan gegas (persiapannya singkat saja semenjak perintah diluncurkan), bisa membawa peluru kendali anti kapal perang atau ranjau laut, dan biaya operasi-perawatan relatif tidak tinggi. Dia juga dilengkapi senjata khas kapal perang ringan, kanon 30 milimeter. Dengan ukurannya yang kompak, ia gampang untuk bersembunyi di antara teluk, muara, pulau kecil dan lain sebagainya. Jika ia dimaksudkan untuk mengintersepsi kapal-kapal ikan pencuri ikan ataupun patroli jarak dekat-menengah, ia sangat pas.
Saat meluncurkan kapal cepat berpeluru kendali 60 meter batch 2 di Galangan Kapal PT PAL Indonesia, Surabaya, pada Februari lalu, Supandi mengharapkan setiap tahun, minimal ada tiga kapal gres di kelas ini walau pembiayaan dan keputusan finalnya tetap tergantung dari kebijakan pemerintah. Saat ini terpenuhi empat kapal cepat berpeluru kendali 60 meter buatan PT PAL Indonesia.
Untuk kepentingan kaderisasi dan pendidikan-latihan di Tentara Nasional Indonesia AL, Supandi juga menerima kehormatan mendapatkan penyerahan kapal layar tiang tinggi baru, KRI Bima Suci, dari galangan kapal pembuatnya, Freire di Vigo, Spanyol. KRI Bima Suci menjadi penerus legenda maritim Tanah Air dan dunia, KRI Dewaruci, yang telah dua kali berlayar keliling dunia (1964 dan 2012).
Pada masa Orde Lama, kekuatan maritim Indonesia cukup ditakuti di kelas dunia. Pasalnya, ada 12 kapal selam kelas Whiskey yang dimiliki Tentara Nasional Indonesia AL. Namun sehabis Orde Baru berkuasan, kekuatan bawah air ini pelan-pelan namun pasti, semakin lemah dan kesudahannya tinggal dua unit kapal selam saja, yaitu KRI Cakra-401 dan KRI Nanggala-402 buatan Jerman dari kelas Type-209 1400. Pada masa kini, Tentara Nasional Indonesia AL juga kini telah mempunyai dua kapal selam gres dan satu kapal selam yang sedang dibuat, hasil kolaborasi dengan Korea Selatan, suatu jadwal kemandirian persenjataan yang dirintis semenjak bertahun lalu.
Dahulu ada dagelan bahwa Indonesia sudah semenjak dahulu bisa menciptakan "kapal selam" dan banyak dibentuk di Palembang, Sumatera Selatan.
Kapal selam gres yang Indonesia miliki ialah KRI Ardadedali-404 menjadi bukti betapa anak negeri ini bisa mewujudkan harapan besarnya untuk memproduksi kapal, meskipun masih dibantu dari para teknisi dari Daewoo Shipbuilding Marine and Engineering (DSME), Okpo, Korea Selatan. Itulah kapal kedua dari tiga kapal pesanan Indonesia dari Korea Selatan yang dibentuk dengan denah alih teknologi. Kapal selam ketiga akan dibangun di Surabaya, di dermaga PT PAL, yang direncanakan akan dinamai KRI Alugoro-405, dan dijadwalkan bisa diserahkan kepada negara pada awal 2019.
Tahun lalu, kapal selam pertama, hasil kolaborasi Indonesia dan Korea Selatan, yang diberi nama KRI Nagapasa-403 dengan komandan pertamanya, Letnan Kolonel Pelaut Harry Setyawan, telah tiba di dermaga Komando Armada Indonesia Kawasan Timur, Surabaya, pada 28 Agustus 2017 sehabis berlayar selama 16 hari dari demaga galangan kapal DSME.
Keberadaan kapal selam gres bisa dipahami mengingat KRI Cakra-401 dan KRI Nanggala-402 hasil pengadaan pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto pada 1981. Sedangkan jadwal pengadaan sistem kesenjataan dan arsenal Tentara Nasional Indonesia pada masa kini terjadi secara cukup besar-besaran menurut denah kekuatan pokok minimum I-III (2009-2024) yang dicanangkan pada masa kepemimpinan Presiden Susilo Yudhoyono.
Kapal selam kelas Changbo-go buatan Korea Selatan termasuk kapal selam berteknologi canggih di kelasnya. Model utama yang ia adopsi ialah Type 209/1400 buatan galangan kapal Howaldtswerke, di Kiel, Jerman, yang dikembangkan sendiri oleh Korea Selatan. Indonesia menjadi pengguna pertama internasional kelas Changbo-go ini, sebagaimana halnya dengan pesawat tempur T50i Golden Eagle dan pesawat latih turboprop KT-1B Wong Bee. Pada sisi lain, "keakraban" personel pengawak dengan sistem dan subsistem di Type 209/1400 (sebagai model asal Changbo-go) sudah terjadi secara alami melalui KRI Cakra-401 dan KRI Nanggala-402 itu.
Data menyatakan, kapal selam ini mempunyai bobot 1.400 ton, panjang 61,3 meter, dengan kecepatan kurang lebih 21 knots di bawah air dan bisa berlayar lebih dari 50 hari, serta menampung 40 awak. Sistem persenjataan terbaru dengan memakai torpedo sepanjang 6,3 meter dan diameter 533 mm. Torpedo ini mempunyai jarak luncur ideal 50 kilometer dengan kecepatan 50 knots.
Peluru kendali antikapal permukaan turut melengkapi kekuatan kapal selam ini. Torpedo "hiu hitam" buatan Fincantieri, Italia, juga melengkapi sistem persenjataan kapal ini.
Kapal selam yang teknologinya diadopsi dari teknologi Jerman itu, merupakan kapal selam dengan sistem persenjataan terbaru, sistem operasi yang canggih, fasilitas yang nyaman Enhanced Operating System, mempunyai radar navigasi non-hull penetrating mast. Tentara Nasional Indonesia AL sudah menyiapkan markas untuk kapal bawah air itu di Teluk Palu, Sulawesi.
Pada sisi lain Supandi memastikan seluruh prajurit Tentara Nasional Indonesia AL telah dibekali kemampuan untuk melaksanakan peperangan khusus antiteror, penyelamatan tempur dan lain sebagainya dalam menghadapi aneka macam jenis tantangan yang sanggup mengancam wilayah Indonesia.
"Dalam masa hening ibarat kini kami tetap terlatih semoga selalu siap ketika menghadapi perang," katanya. Sesuai UU Nomor 34/2004 wacana TNI, pada pasal 9 disebutkan Tentara Nasional Indonesia AL bertugas melaksanakan kiprah Tentara Nasional Indonesia matra maritim di bidang pertahanan, menegakkan aturan dan menjaga keamanan di wilayah maritim yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan aturan internasional yang telah diratifikasi.
Selain itu melaksanakan kiprah diplomasi Angkatan Laut dalam rangka mendukung kebijakan politik luar negeri yang ditetapkan pemerintah, dan melaksanakan kiprah Tentara Nasional Indonesia dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra laut, serta melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan laut.
Terima kasih Laksamana Ade Supandi, Anda telah menjaga pertahanan dan keamanan maritim dan perairan Negara Kesatuan Indonesia. Jalesveva Jayamahe! Justru di maritim kita jaya!
Hari itu, Jumat 26 Januari 2018, Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia AL, Laksamana Tentara Nasional Indonesia Ade Supandi, memberikan kepada pers hasil Rapat Pimpinan Tentara Nasional Indonesia AL Tahun 2018 di Markas Besar Tentara Nasional Indonesia AL, di Cilangkap, Jakarta Timur. Selain memberikan hasil-hasil rapim dan menyebut rapim kali itu merupakan lembaga terakhir baginya selaku pemegang nakhoda Tentara Nasional Indonesia AL, pejabat ke-25 di pimpinan puncak Tentara Nasional Indonesia AL itu menghadirkan lima perwira tinggi AL yang disebut sebagai calon penggantinya.
Kelima calon pengantinya itu ialah Wakil KSAL Laksamana Madya Tentara Nasional Indonesia Achmad Taufiqoerrochman, Kepala Staf Umum (Kasum) Tentara Nasional Indonesia Laksamana Madya Tentara Nasional Indonesia Didit Herdiawan Ashaf, Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Laksamana Madya Tentara Nasional Indonesia Arie Soedewo, Komandan Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia Letnan Jenderal Tentara Nasional Indonesia (Marinir) RM Trusono, dan Komandan Jenderal Akademi Tentara Nasional Indonesia Laksamana Madya Tentara Nasional Indonesia Siwi Sukma Adji.
Ini merupakan hal yang gres tatkala seorang petinggi militer yang akan berakhir masa jabatannya, memperkenalkan sejumlah calon penggantinya. "Calon pengganti saya ada di belakang saya, bintang tiga," kata Supandi, yang dikenal memang suka bercanda walau juga sanggup menjadi sangat serius itu. Kelima perwira tinggi di belakang ia --saat itu-- rahasia saja, tidak memberikan verbal yang cukup berbeda ketimbang sebelum kalimat itu ia ucapkan.
Sebelumnya, hal yang gres juga terjadi pada Rabu, 6 Desember 2017. Bertempat di Gedung Parlemen, Jakarta, Panglima Tentara Nasional Indonesia kala itu, Jenderal Tentara Nasional Indonesia Gatot Nurmantyo bersama KSAL Ade Supandi, KSAD Jenderal Mulyono, beserta sejumlah pimpinan Tentara Nasional Indonesia lainnya, beberapa ketika mengantarkan KSAU Marsekal Hadi Tjahjanto sebelum KSAU menjalani uji kelayakan dan kepatutan sebagai calon tunggal panglima Tentara Nasional Indonesia di depan Komisi I DPR.
Sejak dilantik oleh Presiden Joko Widodo pada 31 Desember 2014, atau sekitar dua bulan semenjak pemerintahan Jokowi dan Jusuf Kalla resmi memimpin Indonesia pada 20 Oktober 2014, Supandi membawa hal-hal gres yang terjadi di lingkungan Tentara Nasional Indonesia AL.
Dalam 2014, ia menjabat tiga jabatan penting, yakni ajudan perencanaan dan anggara kepala staf Tentara Nasional Indonesia AL (sejak 2012 sampai Mei 2014), kepala staf umum panglima Tentara Nasional Indonesia (Mei-Desember 2014), dan kepala staf Tentara Nasional Indonesia AL (sejak 31 Desember 2014, menggantikan Laksamana Tentara Nasional Indonesia Marsetio) sampai 23 Mei 2018. Tentang ini, Marsetio, beberapa bulan sebelumnya juga tidak pernah menyatakan secara persis siapa perwira tinggi calon penggantinya. Supandi akan memasuki masa pensiun pada Juni mendatang.
Nakhoda Tentara Nasional Indonesia AL kini dikendalikan Laksamana Tentara Nasional Indonesia Siwi Sukma Adji, salah satu dari lima orang yang diperkenalkan Supandi sebagai calon penggantinya.
Poros Maritim sampai Kapal Selam
Supandi yang merupakan lulusan Akademi Angkatan Laut angkatan 28/1983, menjabat di pucuk pimpinan Tentara Nasional Indonesia AL menggantikan Marsetio, yang sukses dalam pengendalian operasi lapangan di medan penugasan Ambalat, Kalimantan Timur. Upacara serah terima jabatan itu berlangsung di Dermaga Madura, Komando Armada Indonesia Kawasan Barat (kini Komando Armada I), Ujung, Surabaya, pada 6 Januari 2015.
Panglima Tentara Nasional Indonesia (saat itu), Jenderal Tentara Nasional Indonesia Moeldoko, menilai Tentara Nasional Indonesia AL sangat memilih pengembangan Indonesia sebagai poros maritim dunia, yang dicanangkan pemerintahan Jokowi-Kalla. Kepemimpinan Supandi ketika itu diharapkan membangun kekuatan Tentara Nasional Indonesia AL yang hebat, untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, apalagi industri dalam negeri, sebagaimana dimiliki PT PAL, sangat mendukung hal itu.
Kepemimpinan Marsetio sebelumnya telah membawa Tentara Nasional Indonesia AL sebagai World Class Navy atau angkatan maritim berkelas dunia. Visinya ini ia terjemahkan sedemikian rupa, mulai dari menggelar simposium kemaritiman berskala dunia, latihan bersama juga dalam skala global, sampai menyekolahkan banyak perwira Tentara Nasional Indonesia AL ke manca negara.
Sebagaimana diarahkan Moeldoko ketika itu, Supandi diminta melaksanakan percepatan dan pengembangan kemampuan sistem kesenjataan dan arsenal Tentara Nasional Indonesia AL. Terbukti, Supandi yang menjalani amanah sebagai kepala staf Tentara Nasional Indonesia AL dalam kepemimpinan tiga panglima TNI, dari kurun Moeldoko, Jenderal Tentara Nasional Indonesia Gatot Nurmantyo, dan Marsekal Tentara Nasional Indonesia Hadi Tjahjanto, bisa melaksanakan percepatan pengembangan sistem kesenjataan dan arsenal Tentara Nasional Indonesia AL.
Istilah alat utama sistem kesenjataan (alutsista) yang sering disebut dan dikenal hanyalah satu pranata dari sekian banyak subsistem kesenjataan dan arsenal yang diharapkan militer dalam melaksanakan tugasnya. Khusus untuk Tentara Nasional Indonesia AL, kepercayaan pelatihan dan penggelaran-proyeksi kekuatan mereka ialah Sistem Senjata Armada Terpadu yang terus dipermodern dan diperkuat.
Supandi diganti secara resmi dari jabatan kepala staf Tentara Nasional Indonesia AL, pada tiga hari sebelum sempurna berusia 58 tahun. Pria kelahiran Batujajar, Bandung, pada 26 Mei 1960, ini merupakan kepala staf Tentara Nasional Indonesia AL kedua yang berasal dari tatar Sunda sehabis Laksamana Tentara Nasional Indonesia RE Martadinata. Sementara Adji yang lahir di Kota Cimahi, 14 Mei 1962, menjadi orang ketiga asal Jawa Barat di posisi itu. Entah kebetulan atau tidak, Wakil Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia AL, Laksamana Madya Tentara Nasional Indonesia Achmad Taufiqoerrochman, juga berasal dari Jawa Barat, yaitu Sukabumi, dan sama-sama alumnus angkatan 30/1985 di Akademi Tentara Nasional Indonesia AL.
Sejak lulus dari SDN Galanggang III pada 1972, Sekolah Menengah Pertama Negeri Batujajar (1975), dan Sekolah Menengan Atas Negeri Cimahi (1979), kecintaannya pada Tentara Nasional Indonesia AL telah mengarahkan Supandi sampai berhasil lulus dari Akademi Tentara Nasional Indonesia AL di Bumimoro, Surabaya, pada 1983.
Sejak lulus dari sana, ia menjalani penugasan di aneka macam kapal perang di jajaran Komando Armada Indonesia Kawasan Timur sampai 1996.
Suami dari Endah Esti Hartaningsih dan ayah dari dua anak, drg Anindita Rivylarasati dan perwira Tentara Nasional Indonesia AL Andaru Dhimas Nugraha Vidianto yang mengikuti jejak sang ayah sebagai perwira Tentara Nasional Indonesia AL.
Di Batujajar pula pada 15 Februari kemudian Supandi mendapatkan penyematan Brevet Komando Kehormatan Kopassus Tentara Nasional Indonesia AD dari Komandan Jenderal Kopassus Tentara Nasional Indonesia AD, Mayor Jenderal Tentara Nasional Indonesia Madsuni, di Markas Komando Pusat Pendidikan dan Latihan Kopassus Tentara Nasional Indonesia AD, di Batujajar, Bandung.
Saat ia memimpin Tentara Nasional Indonesia AL, Supandi menargetkan Tentara Nasional Indonesia AL bisa mempunyai 20 kapal cepat berpeluru kendali kelas 60 meter buatan dalam negeri sampai 2024 untuk memperkuat alutsista nasional sesuai sasaran kekuatan pokok minimum. Keberadaan kapal perang di kelas ini dibutuhkan alasannya ialah mempunyai kekuatan tempur yang sesuai dengan abjad perairan Indonesia, yang bertaburan pulau-pulau dengan kedangkalan di tingkat lithoral.
Karakter kapal perang di kelas ini bisa bergerak cepat dan gegas (persiapannya singkat saja semenjak perintah diluncurkan), bisa membawa peluru kendali anti kapal perang atau ranjau laut, dan biaya operasi-perawatan relatif tidak tinggi. Dia juga dilengkapi senjata khas kapal perang ringan, kanon 30 milimeter. Dengan ukurannya yang kompak, ia gampang untuk bersembunyi di antara teluk, muara, pulau kecil dan lain sebagainya. Jika ia dimaksudkan untuk mengintersepsi kapal-kapal ikan pencuri ikan ataupun patroli jarak dekat-menengah, ia sangat pas.
Saat meluncurkan kapal cepat berpeluru kendali 60 meter batch 2 di Galangan Kapal PT PAL Indonesia, Surabaya, pada Februari lalu, Supandi mengharapkan setiap tahun, minimal ada tiga kapal gres di kelas ini walau pembiayaan dan keputusan finalnya tetap tergantung dari kebijakan pemerintah. Saat ini terpenuhi empat kapal cepat berpeluru kendali 60 meter buatan PT PAL Indonesia.
Untuk kepentingan kaderisasi dan pendidikan-latihan di Tentara Nasional Indonesia AL, Supandi juga menerima kehormatan mendapatkan penyerahan kapal layar tiang tinggi baru, KRI Bima Suci, dari galangan kapal pembuatnya, Freire di Vigo, Spanyol. KRI Bima Suci menjadi penerus legenda maritim Tanah Air dan dunia, KRI Dewaruci, yang telah dua kali berlayar keliling dunia (1964 dan 2012).
Pada masa Orde Lama, kekuatan maritim Indonesia cukup ditakuti di kelas dunia. Pasalnya, ada 12 kapal selam kelas Whiskey yang dimiliki Tentara Nasional Indonesia AL. Namun sehabis Orde Baru berkuasan, kekuatan bawah air ini pelan-pelan namun pasti, semakin lemah dan kesudahannya tinggal dua unit kapal selam saja, yaitu KRI Cakra-401 dan KRI Nanggala-402 buatan Jerman dari kelas Type-209 1400. Pada masa kini, Tentara Nasional Indonesia AL juga kini telah mempunyai dua kapal selam gres dan satu kapal selam yang sedang dibuat, hasil kolaborasi dengan Korea Selatan, suatu jadwal kemandirian persenjataan yang dirintis semenjak bertahun lalu.
Dahulu ada dagelan bahwa Indonesia sudah semenjak dahulu bisa menciptakan "kapal selam" dan banyak dibentuk di Palembang, Sumatera Selatan.
Kapal selam gres yang Indonesia miliki ialah KRI Ardadedali-404 menjadi bukti betapa anak negeri ini bisa mewujudkan harapan besarnya untuk memproduksi kapal, meskipun masih dibantu dari para teknisi dari Daewoo Shipbuilding Marine and Engineering (DSME), Okpo, Korea Selatan. Itulah kapal kedua dari tiga kapal pesanan Indonesia dari Korea Selatan yang dibentuk dengan denah alih teknologi. Kapal selam ketiga akan dibangun di Surabaya, di dermaga PT PAL, yang direncanakan akan dinamai KRI Alugoro-405, dan dijadwalkan bisa diserahkan kepada negara pada awal 2019.
Tahun lalu, kapal selam pertama, hasil kolaborasi Indonesia dan Korea Selatan, yang diberi nama KRI Nagapasa-403 dengan komandan pertamanya, Letnan Kolonel Pelaut Harry Setyawan, telah tiba di dermaga Komando Armada Indonesia Kawasan Timur, Surabaya, pada 28 Agustus 2017 sehabis berlayar selama 16 hari dari demaga galangan kapal DSME.
Keberadaan kapal selam gres bisa dipahami mengingat KRI Cakra-401 dan KRI Nanggala-402 hasil pengadaan pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto pada 1981. Sedangkan jadwal pengadaan sistem kesenjataan dan arsenal Tentara Nasional Indonesia pada masa kini terjadi secara cukup besar-besaran menurut denah kekuatan pokok minimum I-III (2009-2024) yang dicanangkan pada masa kepemimpinan Presiden Susilo Yudhoyono.
Kapal selam kelas Changbo-go buatan Korea Selatan termasuk kapal selam berteknologi canggih di kelasnya. Model utama yang ia adopsi ialah Type 209/1400 buatan galangan kapal Howaldtswerke, di Kiel, Jerman, yang dikembangkan sendiri oleh Korea Selatan. Indonesia menjadi pengguna pertama internasional kelas Changbo-go ini, sebagaimana halnya dengan pesawat tempur T50i Golden Eagle dan pesawat latih turboprop KT-1B Wong Bee. Pada sisi lain, "keakraban" personel pengawak dengan sistem dan subsistem di Type 209/1400 (sebagai model asal Changbo-go) sudah terjadi secara alami melalui KRI Cakra-401 dan KRI Nanggala-402 itu.
Data menyatakan, kapal selam ini mempunyai bobot 1.400 ton, panjang 61,3 meter, dengan kecepatan kurang lebih 21 knots di bawah air dan bisa berlayar lebih dari 50 hari, serta menampung 40 awak. Sistem persenjataan terbaru dengan memakai torpedo sepanjang 6,3 meter dan diameter 533 mm. Torpedo ini mempunyai jarak luncur ideal 50 kilometer dengan kecepatan 50 knots.
Peluru kendali antikapal permukaan turut melengkapi kekuatan kapal selam ini. Torpedo "hiu hitam" buatan Fincantieri, Italia, juga melengkapi sistem persenjataan kapal ini.
Kapal selam yang teknologinya diadopsi dari teknologi Jerman itu, merupakan kapal selam dengan sistem persenjataan terbaru, sistem operasi yang canggih, fasilitas yang nyaman Enhanced Operating System, mempunyai radar navigasi non-hull penetrating mast. Tentara Nasional Indonesia AL sudah menyiapkan markas untuk kapal bawah air itu di Teluk Palu, Sulawesi.
Pada sisi lain Supandi memastikan seluruh prajurit Tentara Nasional Indonesia AL telah dibekali kemampuan untuk melaksanakan peperangan khusus antiteror, penyelamatan tempur dan lain sebagainya dalam menghadapi aneka macam jenis tantangan yang sanggup mengancam wilayah Indonesia.
"Dalam masa hening ibarat kini kami tetap terlatih semoga selalu siap ketika menghadapi perang," katanya. Sesuai UU Nomor 34/2004 wacana TNI, pada pasal 9 disebutkan Tentara Nasional Indonesia AL bertugas melaksanakan kiprah Tentara Nasional Indonesia matra maritim di bidang pertahanan, menegakkan aturan dan menjaga keamanan di wilayah maritim yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan aturan internasional yang telah diratifikasi.
Selain itu melaksanakan kiprah diplomasi Angkatan Laut dalam rangka mendukung kebijakan politik luar negeri yang ditetapkan pemerintah, dan melaksanakan kiprah Tentara Nasional Indonesia dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra laut, serta melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan laut.
Terima kasih Laksamana Ade Supandi, Anda telah menjaga pertahanan dan keamanan maritim dan perairan Negara Kesatuan Indonesia. Jalesveva Jayamahe! Justru di maritim kita jaya!
★ antara
0 Response to "Info!! Terima Kasih Laksamana Tni Ade Supandi"
Post a Comment